Sabtu, 28 Desember 2013

6:34 AM -

Waktu Yang Semakin Cepat

Waktu terasa begitu cepat, sekarang akan menjadi besok, besok akan menjadi sekarang. Bulan bulan dilalui begitu sangat cepatnya, tahun-tahun telah berlalu meninggalkanku. Aku bahkan tak sadar kini telah menjadi dewasa.
Sekarang, dunia ini terasa lebih cepat, lampu-lampu yang terang, mainan teknologi yang semakin canggih membuat diri ini seolah melupakan waktu yang tiada berkabar telah meninggalkanku.  Tak disadari, hari ini telah berlalu, pagi ini telah menjadi sore, dan malam kembali pagi lagi.
Redupnya lampu minyak
(kakikata.blogspot)
Ketika teringat kepada masa lampau, ketika belum ada cahaya yang terang dimalam hari, ketika aku masih bermain dengan sepeda kayuhhku, dengan truk mainan dari kayu, dan masih ceria tanpa beban pikiran, waktu terasa lama dan lambat bergerak. Hari hariku sama 24 jam namun terasa begitu lama diwaktu kecilku.
Ketika malam tiba, azan magrib tak terdengar keras karena di surau saat itu belum ada pengeras suara, yang terdengar hanyalah suara kikuk malam, suara burung yang menyambut malam dan suara dengung nyamuk yang mulai beraksi. Terlihat cahaya redup berwarna orange menyinari sudut kamarku, api itu muncul dari sebuah botol yang berisikan cairan minyak yang terbakar, asapnya hitam membumbung tinggi menghanguskan langit-langit sudut kamarku. Saat itu bergegas kami melaksanakan kewajiban, untuk menghadap kepadaNya dipimpin oleh ayahku. Aku yang kecil itu tampak itu mengikuti setiap gerakan meskipun aku belum mengerti gerakan apa yang tengah aku kerjakan saat itu. Selesai solat, kami langsung menuju ruang lain yang juga redup oleh sinar lampu minyak itu, menyantap makan seadanya. Dan kemudian bergegas menuju kamar, disana ada tempatku untuk belajar, didepan mataku sinar redup itu menyinari selembar buku yang aku baca, tampak terang
saat itu, mungkin karena mata itu telah terbiasa dengan cahaya redupnya. Lembar demi lembar, kata demi kata aku susuri dan waktu seolah berhenti dimeja belajarku, lama sekali waktu pukul 7 malam ini, "Mak, sudah isyak belum" tanyaku, gelisah. "masih jam 6.15" teruskan belajarmu, ujarnya. Waktu terasa sangat lama bagiku saat itu, sembari dalam hati berujar, cepatlah jam 7. Detik perdetik aku jalani, menit permenit aku lalui, detak jam dinding itu terdengar keras ditelingaku, seolah berputar sangat lambat. Rasa kantuk mulai merasuk padahal masih awal sekali, tak terasa mulutku terbuka spontan karena tak tahan menahan kantuk, suara dengung nyamuk masih terdengar mengelilingi tubuh kecilku, seolah sedang mengincar bagian yang paling empuk sebagai targetnya. 
Lama sekali, dalam hatiku gelisah. Kapan adzan itu berkumandang? cepatlah.. semakin gelisah, karena buku yang aku baca tak terasa telah habis, asap-asap dari lampu minyak itu pun tak terasa ikut terhisap kedalam hidung mungilku. Terasa lama sekali aku menghabiskan malam itu, sehingga  aku sampai tertidur di meja belajarku. Tiba-tiba, terasa tepukan dipundakku, "bangun nak, sudah jam 7 ayo isyaan dulu baru nanti tidur, nanti tak dongengi" kata bapakku, aku pun terkejut dan terbangun dengan rasa mata ini sulit sekali terbuka, seolah kantuk telah sangat kritis menyerang, sembari sempoyongan antara sadar dan tidak aku mengikuti langkah kedua orang tuaku, menuju sumur di samping rumah, Dengan lampu minyak yang dibawa ibu, kami berjalan, cukuplah untuk sekedar memberi cahaya. Bapak mulai menarik tali dari sumur, dan mengambil ember yang didalamnya berisi air, cukup seember untuk menyucikan satu orang. Brr.. dingin sekali malam itu, air itu membuat mataku kembali bersemangat menatap redupnya malam itu.
Waktu begitu terasa lama sekali, menunggu waktu isya saja sampai ketiduran. Setelah selesai isya kami tidur dikamar yang berlantai kayu, udara sejuk masih terasa mengalir diantara papan lantai yang berlubang dirumah panggung jatah dari pemerintah. Masih seperti hari-hari yang lalu, bapak seolah tak bosan menceritakan kisah kancil dengan pak tani, aku hampur hapal dengan cerita itu. Waktu itu terasa sangat lama, dan mungkin lebih berarti dari sekarang.
Sekarang, lampu-lampu sudah sangat canggihnya, bersinar menyinari malam seperti siang, pancaran teknnolgi dimana mana sehingga waktu begitu terasa cepat. Aku menghabiskan pagiku, siangku untuk datang kesebuah pertemuan dimana aku mendengarkan dongeng dari para orang tua. Malam yang begitu terang dikamarku ku habiskan untuk menghadap kotak kecil yang bercahaya, tak ayal sangat cepat waktu itu berlalu, tak terasa sudah jam 9 malam, tak terasa sudah kembali pagi.
Apa yang salah dengan dunia ini, apakah waktu memang telah berubah, apakah 24 jam saat ini lebih cepat daripada 24 jam dulu, atau pandangan masa kecilku dulu saja yang membuat waktu itu terasa lama, Atau mungkin karena kecanggihan teknologi sehingga mereka memacu waktu untuk bergerak lebih cepat. Atau kah mungkin aku harus kembali ke masa lalu agar merasakan waktuku, hari ku yang lebih lama, kembali tanpa cahaya, kembali pada lampu yang redup itu, dan kembali tanpa alat-alat yang canggih ini. 
Namun, aku tetap tak bisa menghentikan waktu, aku tetap tidak bisa melawan waktu. Dan kini, yang aku bisa hanyalah menggunakannya dengan lebih baik, agar waktuku menjadi lebih berarti.