tag:blogger.com,1999:blog-44890645281535311262024-02-19T14:47:55.927+07:00KeseimbanganWe Are Ora Aji, Sekedar Penuntut IlmuHabibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comBlogger66125tag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-55565868895330880312015-12-19T06:17:00.001+07:002015-12-19T07:56:45.280+07:00Semua itu Istiqomah kuncinya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjstYcJ5KI3Rr7r6YeGLTgCSdy2pwPFkRHfwH5k55AqL6OjzErZVMAng1d2riGyuI5KPV8YreDJ8GpUMSFZLRI3cxCle7zfdwdsuvnIc9nE6fPMtWZdW8VV1U8zYbrwTgLadD7uk6W1oGc/s1600/IMG-20151205-WA0007.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjstYcJ5KI3Rr7r6YeGLTgCSdy2pwPFkRHfwH5k55AqL6OjzErZVMAng1d2riGyuI5KPV8YreDJ8GpUMSFZLRI3cxCle7zfdwdsuvnIc9nE6fPMtWZdW8VV1U8zYbrwTgLadD7uk6W1oGc/s1600/IMG-20151205-WA0007.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Wejangan dari Abah Miftah, 7-12-2015, Tujuan dari setiap manusia didunia ini adalah menuju Syurga. Syaratnya adalah khusnulhotimah, mereka akan khusnul hotimah adalah mereka yang Istiqomah. Mereka yang istiqomah adalah mereka yang perjuangannya lancar, dan mereka yang perjuangan lancar adalah mereka yang berekonomi yang mapan.<br />
<a name='more'></a>Dan untuk mendapatkan ekonomi yang mapan adalah orang yang berilmu.<br />
Untuk itu kita harus memiliki ilmu pengetahuan dan keimanan, dengan cara kita mengaji dan belajar disekolah (kampus). Untuk itu kita harus mendesain diri kita untuk menjadi orang orang yang masuk surga dengan riyadhoh.<br />
Dan semua itu karena hidayah Allah dan rahmat Nya, mari kita berdoa agar kita termasuk orang orang yang dicintai Allah dan diridhoi Allah, amin.</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-61259543930875474522015-11-14T01:28:00.001+07:002015-11-30T06:07:20.060+07:00Meneladani ketawadhu'an Imam Hambali dan amal sang penjual roti<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Malam itu kami mendapat wejangan dari Abah, yang menceritakan kisah tentang Imam Hambali, agar kita bisa mencontoh sifat tawadhuk beliau, kebaikan dari penjual roti, dzikir dan wirid dari penjual roti. brikut ini ksahnya....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://lostislamichistory.com/wp-content/uploads/2013/03/Ahmad-300x199.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://lostislamichistory.com/wp-content/uploads/2013/03/Ahmad-300x199.png" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
**** </div>
<div style="text-align: justify;">
Dikisahkan Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah bepergian untuk suatu
keperluan sampai kemalaman di sebuah kampung. Karena tidak ingin
merepotkan siapapun, beliaupun mampir ke sebuah masjid kecil untuk
shalat sekaligus berniat bermalam disana. Seusai shalat, ia hendak
merebahkan tubuh tua beliau di masjid kecil tersebut guna melepaskan
sedikit kepenatan malam itu, tiba-tiba sang penjaga masjid datang dan
melarang beliau tidur di dalamnya.
</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Sang penjaga tidak mengetahui bahwa, yang dihadapainya adalah seorang
ulama besar. Sementara Imam Ahmad juga tidak ingin memperkenalkan diri
kepadanya. Beliau langsung keluar dan berpindah ke teras masjid dengan
niat beristirahat di luar masjid itu. Namun sang penjaga tetap saja
mengusir beliau secara kasar dan bahkan sampai menarik beliau ke
jalanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tepat saat Imam Ahmad sedang kebingungan di jalan itu, melintaslah
seseorang yang ternyata berprofesi sebagai pembuat dan penjual roti.
Akhirnya dia menawari dan mengajak beliau untuk menginap di tempatnya,
juga tanpa tahu bahwa, tamunya ini adalah Imam Ahmad bin Hanbal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika sampai di rumahnya, sang lelaki baik hati itupun segera
mempersiapkan tempat bermalam untuk Imam Ahmad dan mempersilahkan beliau
agar langsung istirahat. Sedangkan dia sendiri justru mulai bekerja
dengan menyiapkan bahan-bahan pembuatan roti yang akan dijualnya esok
hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata Imam Ahmad tidak langsung tidur, melainkan malah
memperhatikan segala gerak gerik sang pembuat roti yang menjamu beliau.
Dan ada satu hal yang paling menarik perhatian beliau dari lelaki ini.
Yakni ucapan dzikir dan doa istighfar yang terus meluncur dari mulutnya
tanpa putus sejak awal ia mulai mengerjakan adonan rotinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ahmad merasa penasaran lalu bertanya, “Sejak kapan Anda selalu beristighfar tanpa henti seperti ini?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia menjawab, “Sejak lama sekali. Ini sudah menjadi kebiasaan rutin saya, hampir dalam segala kondisi.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Sang Imam melanjutkan pertanyaan beliau, “Lalu apakah Anda bisa
merasakan adanya hasil dan manfaat tertentu dari kebiasaan istighfar
Anda ini?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ya, tentu saja,” jawab sang tukang roti dengan cepat dan penuh keyakinan.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Apa itu, kalau boleh tahu?,” tanya Imam Ahmad lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia pun menjelaskan, “Sejak merutinkan bacaan doa istighfar ini, saya
merasa tidak ada satu doapun yang saya panjatkan, melainkan selalu Allah
kabulkan, kecuali satu doa saja yang masih belum terkabul sampai detik
ini?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Sang Imam semakin penasaran dan bertanya, “Apa gerangan doa yang satu itu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Si lelaki saleh ini pun melanjutkan jawabannya dan berkata, “Sudah
cukup lama saya selalu berdoa memohon kepada Allah untuk bisa
dipertemukan dengan seorang ulama besar yang sangat saya cintai dan
agungkan. Beliau adalah Imam Ahmad bin Hanbal!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar jawaban dan penjelasan terakhir ini, Imam Ahmad terhenyak
dan langsung bangkit serta bertakbir, “Allahu Akbar! Ketahuilah wahai
Saudaraku bahwa, Allah telah mengabulkan doamu!</div>
<div style="text-align: justify;">
Sang pembuat roti kaget dan penasaran, “Apa kata bapak? Doaku telah
dikabulkan? Bagaimana caranya? Dimana saya bisa menemui Sang Imam
panutan saya itu?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya Imam Ahmad menjawab dengan tenang, “Ya. Benar, Allah
telah mengabulkan doamu. Ternyata semua yang aku alami hari ini, mulai
dari kemalaman di kampung ini, diusir sang penjaga masjid, bertemu
dengan Anda di jalanan, sampai menginap di rumah ini, rupanya itu semua
hanya merupakan cara Allah untuk mengabulkan doa hamba-Nya yang saleh.
Ya, orang yang sangat ingin kamu temui selama ini telah ada di rumahmu,
dan bahkan di depanmu sekarang. Ketahuilah wahai lelaki saleh, aku
adalah Ahmad bin Hanbal…!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Subhanallah, Allah SWT akan mengabulkan doa hamba-Nya yang senantiasa membaca istighfar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah berfirman,”Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun
(istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
memperbanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu
kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai.”
(QS.Nuh: 10-12).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Ibnu Abbas r. a Rasulullah SAW Bersabda :”Siapa yang selalu
beristighfar (meminta ampun kepada Allah), niscaya Allah akan menjadikan
baginya kemudahan bagi setiap kesempitan, kesenangan bagi setiap
kesedihan dan memberi rezeki tanpa di duga olehnya. (HR. Abu Daud)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Abah juga menasihatkan agar kita selalu tawadhuk dan jangan tamak, dan jangan pernah menukarkan dakwah dengan materi, jangan pernah memint harga unuk sebuah dakwah, jika dakwah itu ada harganya (materi) mak itu adalah sangat murah, maka jangan pernah mengharapkan harga dari dunia untuk dakwahmu, jangan pernah meminta harga untuk setiap dakwahmu, karena Allah akan membalasnya dengan balasan yang lebih baik. </div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-10061220727846751082015-11-14T01:15:00.000+07:002015-11-14T01:15:13.444+07:00Hikmah; Sahabat Nabi yang penuh cinta, Cinta Kepada Rosulullah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kisah Bilal bin Rabbah, </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Subuh itu kami mendapatkan wejangan dari Abah, beliau menceritakan tentang kiah sahabat Nabi Muhammad SAW, Bilal Bin Rabbah, sahabat yang sangat menintai Rosulullah SAW.. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://sangpena.com/wp-content/uploads/2015/05/Bilal-Bin-Rabah-Simbol-Kesetaraan-Sosial-Islam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://sangpena.com/wp-content/uploads/2015/05/Bilal-Bin-Rabah-Simbol-Kesetaraan-Sosial-Islam.jpg" height="213" width="320" /></a></div>
***<br />
<b>Bilal bin Rabah</b> (Bahasa Arab <b>بلال بن رباح</b>) adalah seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (sekarang Ethiopia). Bilal
lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya
bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita
berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang
memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda’ (putra wanita hitam).
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bilal
dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik
keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meninggal, Bilal diwariskan
kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a>Ketika Mekah
diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Shalallahu ‘alaihi
wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah
termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam,
di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk
agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid, Abu
Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama ibunya,
Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.<br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bilal
merasakan penganiayaan orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa
pun. Berbagai macam kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya.
Namun ia, sebagaimana kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar
menghadapi ujian di jalan Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup
ditunjukkan oleh siapa pun.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Orang-orang
Islam seperti Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib masih memiliki keluarga
dan suku yang membela mereka. Akan tetapi, orang-orang yang tertindas
(mustadh’afun) dari kalangan hamba sahaya dan budak itu, tidak memiliki
siapa pun, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas kasihan.
Quraisy ingin menjadikan penyiksaan atas mereka sebagai contoh dan
pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti ajaran Muhammad.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kaum
yang tertindas itu disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang berhati
sangat kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang telah
menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat menghina dan
mencaci maki, kemudian menghunjamkan tombaknya pada perut Sumayyah
hingga menembus punggung, dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah
Islam.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sementara
itu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah, terutama Bilal bin Rabah,
terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya, apabila matahari tepat
di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian yang
begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian
orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada
mereka dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa
semakin terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu
mencambuk tubuh mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Adakalanya,
saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-orang Islam
yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka mengikuti
kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir, sementara
hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal, semoga
Allah meridhainya. Baginya, penderitaan itu masih terasa terlalu ringan
jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di
jalan-Nya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Orang
Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin Khalaf
bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal
dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad … (Allah Maha
Esa).” Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang
panas, Bilal pun hanya berkata, “Ahad, Ahad ….“ Mereka semakin
meningkatkan penyiksaannya, namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad….”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mereka
memaksa Bilal agar memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji
nama Allah dan Rasul-Nya. Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami
katakan!”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bilal menjawab, “Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka semakin hebat dan keras.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Apabila
merasa lelah dan bosan menyiksa, sang tiran, Umayyah bin Khalaf,
mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada
sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan
menyeretnya di sepanjang Abthah1 Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati
siksaan yang diterimanya karena membela ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia
terus mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad…, Ahad…, Ahad…, Ahad….”
Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Suatu
ketika, Abu Bakar Rodhiallahu ‘anhu mengajukan penawaran kepada Umayyah
bin Khalaf untuk membeli Bilal darinya. Umayyah menaikkan harga
berlipat ganda. Ia mengira Abu Bakar tidak akan mau membayarnya. Tapi
ternyata, Abu Bakar setuju, walaupun harus mengeluarkan sembilan uqiyah
emas.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Seusai
transaksi, Umayyah berkata kepada Abu Bakar, “Sebenarnya, kalau engkau
menawar sampai satu uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk
menjualnya.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Abu Bakar membalas, “Seandainya engkau memberi tawaran sampai seratus uqiyah-pun, maka aku tidak akan ragu untuk membelinya.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika
Abu Bakar memberi tahu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa ia
telah membeli sekaligus menyelamatkan Bilal dari cengkeraman para
penyiksanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu
Bakar, “Kalau begitu, biarkan aku bersekutu denganmu untuk membayarnya,
wahai Abu Bakar.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ash-Shiddiq Rodhiallahu ‘anhu menjawab, “Aku telah memerdekakannya, wahai Rasulullah.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengizinkan sahabat-sahabatnya
untuk hijrah ke Madinah, mereka segera berhijrah, termasuk Bilal
Rodhiallahu ‘anhu. Setibanya di Madinah, Bilal tinggal satu rumah dengan
Abu Bakar dan ‘Amir bin Fihr. Malangnya, mereka terkena penyakit demam.
Apabila demamnya agak reda, Bilal melantunkan gurindam kerinduan dengan
suaranya yang jernih,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i>“Duhai
malangnya aku, akankah suatu malam nanti ,Aku bermalam di Fakh
dikelilingi pohon idzkhir dan jalil, Akankah suatu hari nanti aku minum
air Mijannah ,Akankah aku melihat lagi pegunungan Syamah dan Thafil”</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tidak
perlu heran, mengapa Bilal begitu mendambakan Mekah dan
perkampungannya; merindukan lembah dan pegunungannya, karena di sanalah
ia merasakan nikmatnya iman. Di sanalah ia menikmati segala bentuk
siksaan untuk mendapatkan keridhaan Allah. Di sanalah ia berhasil
melawan nafsu dan godaan setan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bilal
tinggal di Madinah dengan tenang dan jauh dari jangkauan orang-orang
Quraisy yang kerap menyiksanya. Kini, ia mencurahkan segenap
perhatiannya untuk menyertai Nabi sekaligus kekasihnya, Muhammad
Shalallahu ‘alaihi wasallam. Bilal selalu mengikuti Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasallam ke mana pun beliau pergi. Selalu bersamanya
saat shalat maupun ketika pergi untuk berjihad. Kebersamaannya dengan
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ibarat bayangan yang tidak pernah
lepas dari pemiliknya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam selesai membangun Masjid Nabawi
di Madinah dan menetapkan azan, maka Bilal ditunjuk sebagai orang
pertama yang mengumandangkan azan (muazin) dalam sejarah Islam.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Biasanya,
setelah mengumandangkan azan, Bilal berdiri di depan pintu rumah
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam seraya berseru, “Hayya
‘alashsholaati hayya ‘alashsholaati…(Mari melaksanakan shalat, mari
meraih keuntungan….)” Lalu, ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam keluar dari rumah dan Bilal melihat beliau, Bilal segera
melantunkan iqamat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Suatu
ketika, Najasyi, Raja Habasyah, menghadiahkan tiga tombak pendek yang
termasuk barang-barang paling istimewa miliknya kepada Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
mengambil satu tombak, sementara sisanya diberikan kepada Ali bin Abu
Thalib dan Umar ibnul Khaththab, tapi tidak lama kemudian, beliau
memberikan tombak itu kepada Bilal. Sejak saat itu, selama Nabi hidup,
Bilal selalu membawa tombak pendek itu ke mana-mana. Ia membawanya dalam
kesempatan dua shalat ‘id (Idul Fitri dan Idul Adha), dan shalat
istisqa’ (mohon turun hujan), dan menancapkannya di hadapan beliau saat
melakukan shalat di luar masjid.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bilal
menyertai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam Perang Badar. Ia
menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah memenuhi
janji-Nya dan menolong tentara-Nya. Ia juga melihat langsung tewasnya
para pembesar Quraisy yang pernah menyiksanya dengan hebat. Ia melihat
Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf tersungkur berkalang tanah ditembus
pedang kaum muslimin dan darahnya mengalir deras karena tusukan tombak
orang-orang yang mereka siksa dahulu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menaklukkan kota Mekah, beliau
berjalan di depan pasukan hijaunya bersama ’sang pengumandang panggilan
langit’, Bilal bin Rabah. Saat masuk ke Ka’bah, beliau hanya ditemani
oleh tiga orang, yaitu Utsman bin Thalhah, pembawa kunci Ka’bah, Usamah
bin Zaid, yang dikenal sebagai kekasih Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam dan putra dari kekasihnya, dan Bilal bin Rabah, Muazin
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Shalat
Zhuhur tiba. Ribuan orang berkumpul di sekitar Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam, termasuk orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam
saat itu, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Semuanya menyaksikan
pemandangan yang agung itu. Pada saat-saat yang sangat bersejarah itu,
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil Bilal bin Rabah agar
naik ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan kalimat tauhid dari sana.
Bilal melaksanakan perintah Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan
senang hati, lalu mengumandangkan azan dengan suaranya yang bersih dan
jelas.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ribuan
pasang mata memandang ke arahnya dan ribuan lidah mengikuti kalimat azan
yang dikumandangkannya. Tetapi di sisi lain, orang-orang yang tidak
beriman dengan sepenuh hatinya, tak kuasa memendam hasad di dalam dada.
Mereka merasa kedengkian telah merobek-robek hati mereka.</div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saat
azan yang dikumandangkan Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna
muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan
Allah)”. Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah
mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah,
kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami
sayangi.” Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Khalid
bin Usaid berkata, “Aku bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan
ayahku dengan tidak menyaksikan peristiwa hari ini.” Kebetulan ayahnya
meninggal sehari sebelum Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk ke
kota Mekah..</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sementara
al-Harits bin Hisyam berkata, “Sungguh malang nasibku, mengapa aku
tidak mati saja sebelum melihat Bilal naik ke atas Ka’bah.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
AI-Hakam
bin Abu al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar.
Seorang budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sementara
Abu Sufyan yang berada dekat mereka hanya berkata, “Aku tidak
mengatakan apa pun, karena kalau aku membuat pernyataan, walau hanya
satu kalimat, maka pasti akan sampai kepada Muhammad bin Abdullah.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bilal
menjadi muazin tetap selama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
hidup. Selama itu pula, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sangat
menyukai suara yang saat disiksa dengan siksaan yang begitu berat di
masa lalu, ia melantunkan kata, “Ahad…, Ahad… (Allah Maha Esa).”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sesaat
setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengembuskan nafas
terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan,
sementara jasad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam masih terbungkus
kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat,
“Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup
mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa
menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana
semakin mengharu biru.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sejak
kepergian Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam, Bilal hanya sanggup
mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat,
“Asyhadu anna muhammadan rosuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula
kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Karena
itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi
Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam sebagai pemimpin, agar
diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup
melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar
dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut
berperang ke wilayah Syam.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Awalnya,
ash-Shiddiq merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus
mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya
berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri,
maka engkau berhak menahanku, tapi jika engkau telah memerdekakanku
karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bilal
menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan
untuk siapa pun setelah Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam wafat.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Abu
Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan
Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal
di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal
benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibnul
Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal Rodhiallahu
‘anhu setelah terpisah cukup lama.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Umar
sangat merindukan pertemuan dengan Bilal dan menaruh rasa hormat begitu
besar kepadanya, sehingga jika ada yang menyebut-nyebut nama Abu Bakar
ash-Shiddiq di depannya, maka Umar segera menimpali (yang artinya), “Abu
Bakar adalah tuan kita dan telah memerdekakan tuan kita (maksudnya
Bilal).”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam
kesempatan pertemuan tersebut, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar mau
mengumandangkan azan di hadapan al-Faruq Umar ibnul Khaththab. Ketika
suara Bilal yang nyaring itu kembali terdengar mengumandangkan azan,
Umar tidak sanggup menahan tangisnya, maka iapun menangis tersedu-sedu,
yang kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir hingga janggut
mereka basah dengan air mata. Suara Bilal membangkitkan segenap
kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah
bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam..BiIal, “pengumandang
seruan langit itu." </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoPlainText" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: x-small;">Menjelang
saat-saat kematiannya, pada saat itu Bilal berada di Damaskus. Istrinya
berkata “Benar-benar suatu duka.” Tapi Bilal berkata “Tidak.
Katakanlah: Benar-benar kebahagiaan, karena besok aku
akan menemui Rasulullah S.A.W. dan para sahabat.”</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: x-small;">
</span></span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: x-small;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: x-small;">
</span></span></div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: inherit;">D<span style="font-family: inherit;">apat dibayang kan seberapa besarnya cin<span style="font-family: inherit;">ta bel<span style="font-family: inherit;">iau kepada Nab<span style="font-family: inherit;">i Muammad, Berp be<span style="font-family: inherit;">sarnya iman beliau, kita pa<span style="font-family: inherit;">tut mencon<span style="font-family: inherit;">toh beliau, mencon<span style="font-family: inherit;">toh <span style="font-family: inherit;">cinta beliau kepa<span style="font-family: inherit;">d<span style="font-family: inherit;">a <span style="font-family: inherit;">Rosulullah<span style="font-family: inherit;">, men<span style="font-family: inherit;">contoh cinta bel<span style="font-family: inherit;">iau kepada Allah. <span style="font-family: inherit;">mulut beliau tidak per<span style="font-family: inherit;">nah berh<span style="font-family: inherit;">enti mengucapkan sholawat, mengucpkan kalimat kalimat toyi<span style="font-family: inherit;">bah, hainya selalu rindu kepa<span style="font-family: inherit;">da Rosulullah, sedangkan mul<span style="font-family: inherit;">ut kita masih sulit untuk mengucapka kalima kalimat toyyibah, mengucapkan dzikir, sola<span style="font-family: inherit;">wat, kit<span style="font-family: inherit;">a masih sering lupa dan kalah oleh hawa nafsu, b<span style="font-family: inherit;">agaimana bisa mahabbah itu tumbuh? sebuah renungan untuk kit semua.</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
</blockquote>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-3128171246135528312015-11-05T13:13:00.000+07:002015-11-19T13:15:03.767+07:00Merendahlah, Serendah Rendahnya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFtbtD_ettkiAvJPYF1TLIO1GfwZxIM0oKqvEvRoJm4HjqITZgg1XgzJzNKQ1roSi-b5ualtiR4cG5aj9bq1ig2rJmvarTVTg3ZK6hY2kMhAw96vKhmc_vZBqRC0YkHeyb1q-ztyzfI_w/s1600/_MG_0106+copy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="146" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFtbtD_ettkiAvJPYF1TLIO1GfwZxIM0oKqvEvRoJm4HjqITZgg1XgzJzNKQ1roSi-b5ualtiR4cG5aj9bq1ig2rJmvarTVTg3ZK6hY2kMhAw96vKhmc_vZBqRC0YkHeyb1q-ztyzfI_w/s400/_MG_0106+copy.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah wejangan dari Abah Miftah, tentang filosofi kata "Ora Aji" yang terinspirasi dari KH. Hamid Magelang, beliau mengatakan pada dasarnya manusia itu memiliki sifat "Bodoh, Asor, Apes, Hina".</div>
<div style="text-align: justify;">
Bodoh, karena pada dasarnya manusia itu bodoh, Sebanyak banyaknya ilmu manusia itu seperti air yang menetes dari jari tangan yang dicelupkan kedalam lautan, Asor (rendah), karena manusia itu merupakan mahluk yang rendah jika dibandingkan dengan Allah SWT, Apes (Sial), karena pada dasarnya manusia itu selalu sial, kemudian Hina, karena pada dasarnya manusia itu hina.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka 'Ora Aji' itu berarti rendah dan tidak bisa apa apa, maka dari itu kita harus merendah (tawadhuk) dihadapan manusia karena kita pada dasarnya tidak bisa apa apa tanpa pertolongan dari Allah SWT.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Kita harus senantiasa bertawadhu kepada siapapun dan menghilangkan sifat sifat sombong yang ada dalam diri kita, sehingga Allah lah yang akan menaikkan derajat kita.</div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-81986366430249888862015-11-05T00:16:00.003+07:002015-11-05T00:19:57.702+07:00Santri; Berproses Menjadi Santri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Santri, apakah itu? Kata yangtak asing bagi kita terutama bagi umat Islam, kalangan penuntut ilmu. Searching di google,berikut pengertiannya menurut wikipedia :</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
"<b style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;">Santri</b><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;"> adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti </span><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan" style="background: none rgb(255, 255, 255); color: #0b0080; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-decoration: none;" title="Pendidikan">pendidikan</a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;"> </span><a class="new" href="https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_Agama_Islam&action=edit&redlink=1" style="background: none rgb(255, 255, 255); color: #a55858; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-decoration: none;" title="Ilmu Agama Islam (halaman belum tersedia)">Ilmu Agama Islam</a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;"> di suatu tempat yang dinamakan </span><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren" style="background: none rgb(255, 255, 255); color: #0b0080; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-decoration: none;" title="Pesantren">Pesantren</a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;">, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai.</span><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;">Menurut bahasa, istilah santri berasal dari </span><br />
<a name='more'></a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;">bahasa </span><a class="mw-redirect" href="https://id.wikipedia.org/wiki/Sanskerta" style="background: none rgb(255, 255, 255); color: #0b0080; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-decoration: none;" title="Sanskerta">Sanskerta</a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;">, </span><a class="new" href="https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Shastri&action=edit&redlink=1" style="background: none rgb(255, 255, 255); color: #a55858; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-decoration: none;" title="Shastri (halaman belum tersedia)">shastri</a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;"> yang memiliki akar kata yang sama dengan kata </span><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Sastra" style="background: none rgb(255, 255, 255); color: #0b0080; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-decoration: none;" title="Sastra">sastra</a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;"> yang berarti </span><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_suci" style="background: none rgb(255, 255, 255); color: #0b0080; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-decoration: none;" title="Kitab suci">kitab suci</a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;">,</span><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Agama" style="background: none rgb(255, 255, 255); color: #0b0080; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-decoration: none;" title="Agama">agama</a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;"> dan </span><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan" style="background: none rgb(255, 255, 255); color: #0b0080; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-decoration: none;" title="Pengetahuan">pengetahuan</a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;">. </span><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;"> Ada pula yang mengatakan berasal dari kata </span><a class="new" href="https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cantrik&action=edit&redlink=1" style="background: none rgb(255, 255, 255); color: #a55858; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-decoration: none;" title="Cantrik (halaman belum tersedia)">cantrik</a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;"> yang berarti para pembantu </span><a class="new" href="https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Begawan&action=edit&redlink=1" style="background: none rgb(255, 255, 255); color: #a55858; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-decoration: none;" title="Begawan (halaman belum tersedia)">begawan</a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;"> atau </span><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Resi" style="background: none rgb(255, 255, 255); color: #0b0080; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px; text-decoration: none;" title="Resi">resi</a><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;">, seorang cantrik diberi upah berupa ilmu pengetahuan oleh begawan atau resi tersebut. </span><span style="background-color: white; color: #252525; font-family: sans-serif; font-size: 14px; line-height: 22.4px;">"</span></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti itulah makna santri menurut wikipedia. Tetapi dalam sebuah wejangan dari Abah Miftah, Beliau mengatakan bahwa :</div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://agama.uin-suka.ac.id/media/slide/_MG_0106.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://agama.uin-suka.ac.id/media/slide/_MG_0106.JPG" height="117" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Abah Gus Miftah </td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
"Santri adalah orang yang tinggal dipondok pesantren maupun tidak yang mencintai dan mengikuti ajaran Ulama Ulama,Kyai Kyai, Aulia Aulia Allah dan Rosulullah dan puncaknya mencintai Allah SWT"</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Santri adalah orang yang mengikuti ajaran Rosulullah dan mencintai Allah SWT. Sebuah makna yang berat, bercermin pada diri sendiri yang masih jauh dari itu. Untuk menumbuhkan kecintaan kepada Rosulullah dan puncaknya kepada Allah butuh perjuangan dan tirakat yang gigih, selain itu semuanya berkat hidayah dari Allah SWT. Tiada daya dan kekuatan selain dari ALLAH SWT. Semoga kita bisa benar benar menjadi santri yang diridhoi ALLAH. Amiin </div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
</blockquote>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-17848376631516267392015-08-17T01:00:00.002+07:002015-08-17T01:02:17.432+07:00Mencoba Rokok Kacangan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Gill Sans MT","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSCuq0TjY5FM-ZJZ4QkPThlhhOP2Wa8UXgRxafex6-3sqZxny_R-P9sD9o8dv6eKstrpNG_bIbGPaEbFW0tlxUdnxsemTkHPn1oTIVCx5apjMzNP6XgA14SiEZ95GbGrWIiy54gCvXo1U/s1600/2012-05-19+16.52.12.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSCuq0TjY5FM-ZJZ4QkPThlhhOP2Wa8UXgRxafex6-3sqZxny_R-P9sD9o8dv6eKstrpNG_bIbGPaEbFW0tlxUdnxsemTkHPn1oTIVCx5apjMzNP6XgA14SiEZ95GbGrWIiy54gCvXo1U/s320/2012-05-19+16.52.12.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jalanan berdebu</td></tr>
</tbody></table>
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Gill Sans MT","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">**** </span><br />
<span style="font-family: "Gill Sans MT","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Jalanan berdebu itu
menghiasi halaman rumah kami, sebuah warung kecil yang menjual beraneka macam
kebutuhan rumah tangga. Tampak lalu lalang Truk truk hijau besar membawa kernel
melewati jalanan merah itu, sesak dan berdebu namun aku kagum dengan
kegagahannya “wah nanti kalau sudah besar aku ingin jadi sopir Truk Fuso itu”
Dalam hatiku berjanji yakin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Gill Sans MT","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Aku bermain asyik
dengan kawanku, memainkan truk truk mainan kami. Balok kayu potongan itu kami
rangkai membentuk truk dengan kepala dan bak, dengan tenaga tali yang terkait
di paku tepat didepan truk. Meski tanpa roda, truk kami mampu memuat pasir dan
tanah, kami bersandiwara laksana kontraktor yang tengah membangun jalanan
berdebu, ada eksavator yang mengisi tanah diatas truk kami, Eksavator raksasa
berupa cangkul dengan gagang kayu belian yang kokoh itu begitu berat untuk anak
seusia kami. “Duh, capeknya, Istirahat dulu ah” keluh kawanku, tampak keringat
mengalir dari tubuhnya yang kuning bersih khas anak melayu. Dan kami pun
beristirahat sejenak sembari melihat pemandangan lapangan di seberang jalan
yang penuh dengan bunga bunga ilalang yang berterbangan tertiup angin.</span></div>
<a name='more'></a>***<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Gill Sans MT","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dari kejauhan tampak
sepeda motor tua datang dari arah sekolah tepat disebelah utara toko kami,
motor merah tua itu tampak begitu mewah kala itu, dengan suara khasnya perlahan
menghampiri toko kami. Orang tua dengan bibir merah, dan berbadan rendah tampak
percaya diri menghampiri tempat duduk didepan toko, sembari mengunyah sirih,
tampak giginya kuning dan bibir yang merah pucat, kebiasaan orang kampung asli.
“perlahan membuka sebungkus rokok kretek, sembari merogoh kocek mencari api
untuk membakar benda itu. Sebatang rokok dia pegang dengan tangan kirinya lalu
membuang bungkus rokok sisa itu, tampaknya itu rokok terakhir yang ia punyai,
kemudian perlahan membuka korek apii bergambar kucing dan mengambil sebatang
kayunya, kemudian menggesek dengan cepat kebingkai tepinya. “Wusss’ suara api
membakar batangnya kemudian perlahan menempelkannya diujung rokok,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Asap putih mengepul layaknya kebakaran,
perlahan dihisapnya cerutu itu, sambil berujar. “Eheey, Nikmatnye...” kami dari
kejauhan tampak antusias melihat datuk itu lalu, kawanku menggoyang badanku,
“Itu rokok, ambil bungkusnya..!’<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>seraya
memerintah. “Ah, Cuma bungkus saja, buat apa?’ aku menolak dengan halus. “Oi
jang, kau dengar dak, kate bapakku bende nyan disamping bungkus rokok “sabar
subur” nyan mun ade nomernya bisa dapat hadiah”. Tanpa pikir panjang, rasa
penasaranku memuncak kemudian berlari mengambil bungkus rokok merk Sabar subur
itu, kemudian memberikannya kepada sahabatku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Gill Sans MT","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Dengan cekatan ia
merobek plastik pembungkus rokok itu kemudian membuka sampul di ujung kanan dan
kirinya, mataku tak berkedip sedikitpun menatap bungkusan itu, dan rasa
penasaranku pun terjawab sudah, “ah, tak ada apa apanya pun..” kataku kecewa.
“Ah, kita belum beruntung jang, besok kita cari lagi bungkus rokok seperti ini”
katanya dengan yakin. Kami kemudian menatap datuk yang tengah menghisap
tembakau itu, dalam hati kami bertanya tanya, “apa nikmatnya sih, makan asap
seperti itu?”. Aku merenung membayangkan Pak Dhe ku dulu ketika masih berada di
pulau jawa, ia menghiburku dengan asap rokok,<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>ia bisa membuat asap rokok bulat bulat terbang, aku terkesima. Seraya
ingin meniru gaya mereka, akupun membujuk kawanku untuk mencoba nya. “Fen, kita
coba itu yok..” Aku membujuknya, Efendi namanya<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>kawan mainku. “Ah, mana punya kita rokok macam itu jang, lagi pula kita
akan kena marah nanti” jawabnya pesimis. Aku tersenyum kemudian menunjuk kepada
tanaman kacang kacangan liar dibelakang warung, “kita coba itu.., biar aku
ambil korek apinya diwarung, kau ambil batang kacangan kering itu”. Aku berlari
menuju warung kemudian menyisir seisi warung dengan cepat, tampak sekotak korek
api diatas dipan, perlahan sambil sembunyi sembunyi tanganku menguntit
bungkusan itu kemudian secepat kilat berlari kebelakang warung. Tampak
sahabatku telah siap sambil bergaya layaknya perokok profesional dengan
sebatang kacang kacangan kering dimulutnya. “Macam ini baru betul, belagak
sikitlah kite, cepat bawa sini korek apinya” ia tak sabar<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ingin menikmati sebatang rokok kacangan
kering. “Tunggu dulu, aku juga mau lah, sama samalah kita” aku menahannya,
sambil mengambil sebatang kacangan kering. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Gill Sans MT","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sebatang kacangan
kering sudah siap kami nikmati, kami memulai mencoba coba layaknya perokok
profesional, hisap buang, hisap buang,<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>kami perlahan mencobanya tanpa api terlebih dahulu. Setelah siap, kami
mulai menghidupkan rokok kami, tampak bara merah menyala didepan mata kami. “ha
ha ha” kami tertawa senang, namun perlahan rasanya semakin panas, seolah api
merasuk kedalam lidah, membakar mulut. “ huek huek, Ahhh panas” sambil membuang
ludah. “Sangit.. Huekk gak enak” Keluh Fendi sambil bermuka manyun. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Gill Sans MT","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">“ Ah, ternyate tak
enak rokok itu, rasanye macam makan asap” Ungkap efendi. “Yee.. memang asap
yang dihisap itu, ya rasanye macam asap tu, macam kite bakar bakar daun tu bah”
jawabku meyakinkannya. “Hemm, macam mana bah orang itu nikmat makan asap”
katanya heran. “Itulah orang tua” timpalku. Sejak saat itu, kami tak tertarik
lagi dengan rokok, sebatang rokok kacang kacangan kering itu sudah cukup
membakar lidahku, rasanya sangit sungguh membuat seisi mulut menjadi tidak
enak. Hingga kini, rokok menjadi musuh nyata yang harus diperangi.. </span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Gill Sans MT","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Asapmu
membuat orang berbahagia<br />
Baumu banyak menghidupi orang banyak.,<br />
Tapi senyummu begitu menipu.,<br />
Senang mu itu dusta.,<br />
Bahagiamu itu palsu .,<br />
Perlahan lahan menusuk nusuk paru paru.,<br />
Diam diam menghujam hati.,<br />
Membantai darah.,<br />
Aku benci..! aku benci..!<br />
Ingin kulemparkan kejurang yang dalam, dan tak pernah kembali.,<br />
Ingin kuinjak injak dengan sepatu usangku ini, hingga terkubur dalam dalam
diperut bumi,<br />
Wahai saudara saudaraku, engkau yang telah tertipu olehnya.,<br />
Belum terlambat untuk berhenti..!<br />
Sebelum engkau benar benar mati..!</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br /></div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-44255888747330779682015-01-20T22:45:00.000+07:002015-01-20T22:45:06.846+07:00Mengapa Harus Takut<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgK4QGWGn4IcjuvMV5Vy1l-uXb3AsN2EWnJTlcTISIf7M8GUgfha45Pql3ygW1K22xBhL4xbjJboC3LYUbqLr87rirOVG2D9IU4bY1KVlPZtrL42n_sEu2OlceE7spCDyQ3JBZmELZSpw9r/s1600/sedih2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgK4QGWGn4IcjuvMV5Vy1l-uXb3AsN2EWnJTlcTISIf7M8GUgfha45Pql3ygW1K22xBhL4xbjJboC3LYUbqLr87rirOVG2D9IU4bY1KVlPZtrL42n_sEu2OlceE7spCDyQ3JBZmELZSpw9r/s1600/sedih2.png" height="320" width="256" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Keberanian, suatu hal yang mutlak diperlukan oleh kita untuk bisa mengarungi kehidupan ini dengan baik. Namun seringkali kita dihantui rasa takut, takut gagal, takut salah dan lain sebagainya yang menghambat kita untuk melakukan sesuatu. Ketakutan itu semakin besar kala kita sering dihantui oleh kegagalan, sehingga menjadi sebuah trauma tersendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, ketika memikirkan ketakutan itu, ternyata itu hanyalah sebuah bayangan belaka yang terlalu terdramatisir dalam fikiran. Sebanarnya semua itu tak ada, itu hanyalah sebuah bayangan pesimisme saja. Semakin tua kita semakin takut oleh bayangan kepalsuan itu, padahal sewaktu kecil dulu kita tak pernah takut untuk mencoba, semakin gagal maka akan semakin penasaran dan terus mencoba hingga berhasil.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Sebuah pelajaran dari seorang sahabat, seorang yang penuh keberanian, nyalinya besar dan menyukai tantangan. Ia adalah seorang pembalap, crosser, meski amatiran namun darah pembalapnya membuat ia tak takut melaju kencang memacu sepeda motornya dengan kencang. Suatu ketika, aku tengah membonceng motornya, ia melaju seolah tak memikirkan keselamatan kita berdua, ia terus melaju kencang. Jalanan waktu itu sangat licin, jalan yang kami lalui adalah jalan tanah yang lembek, menjadi licin ketika musim hujan. Kami menuju sebuah jembatan di kebun kami untuk melihat keadaannya, ia melaju kencang tak peduli dengan kondisi jalanan. Tanganku berpegang kencang dilingkar perutnya, dibayangi oleh ketakutan, takut jatuh dan celaka. Sembari memegang erat lingkar perutnya, dalam hatiku berdoa agar selamat. Dan tiba tiba, jalanan licin itu membuat roda motor kami tak mampu mencengkram tanahnya, kemudian kami terjatuh bersama motornya. Sepeda motor itu menimpa kami, menimpa sahabatku itu, dan anehnya ia malah tertawa, seolah menikmati peristiwa itu. Aku bangkit lalu membantu menaikkan motornya, ia tertawa puas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hatiku bertanya tanya, mengapa ia begitu bahagia, seolah tak ada ketakutan didalam dirinya. Kemudian aku merenung, sebenarnya yang kutakutkan itu terlalu berlebihan, ketika jatuh pun tak akan separah yang aku bayangkan, mungkin hanya lecet dikaki dan tangan atau terkilir saja. Namun, yang terpenting adalah mensyukuri hal itu, karena masih diberikan keselamatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Memang, tak mudah menghilangkan rasa "Takut" dalam diri, namun sebenarnya itu adalah sebuah ujian, yang seharusnya ditakutkan adalah gagal terhadap dunia, gagal mengumpulkan tabungan amal baik sebanyak banyaknya didunia untuk kebaikan di akhirat, dan sebenarnya dunia ini hanyalah sementara dan menipu.</div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-66495168150479804842014-10-22T05:53:00.005+07:002014-10-22T05:58:35.674+07:00Jangan perhatikan apa yang dikatakan orang lain; cukup kerjakan yang baik menurutmu.!!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black; float: left; font-family: Algerian; font-size: 100px; line-height: 50px; padding-right: 5px; padding-top: 5px; text-shadow: 4px 4px 8px #span>;"> <span style="color: lime;">T</span><b> </b></span><b>erkadang</b> ketika kita ingin melakukan sesuatu, terbersit dalam hati kita tentang apa yang akan dikatakan orang lain, sehingga mengurungkan kita untuk malakukannya. Ketika hati kita selalu berpandangan terhadap apa yang dikatakan orang lain, maka tentu kita tidak akan pernah bisa melakukan apapun dengan baik. Seperti kisah dibawah ini..,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
*************</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjITWlk-j8KCv6OXEPRBer5HffNT21C8VMG5Ou8ZvxTnewpW5htdts-yhCS1nxZFR4bJmZ_dJHh2eXIWgYHbewE-GO5RE2ukOh7ijpKIvflt3Eqa-ofhAEvwmDDszsi7IX3ctavnyTb8x0/s1600/anjing-menggonggong-kafilah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjITWlk-j8KCv6OXEPRBer5HffNT21C8VMG5Ou8ZvxTnewpW5htdts-yhCS1nxZFR4bJmZ_dJHh2eXIWgYHbewE-GO5RE2ukOh7ijpKIvflt3Eqa-ofhAEvwmDDszsi7IX3ctavnyTb8x0/s1600/anjing-menggonggong-kafilah.jpg" height="254" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="fbPhotoCaptionText">Kisah ini menceritakan tentang seorang
lelaki tua bersama anaknya yang masih kecil yang baru saja membeli
seekor keledai. Binatang ini mirip dengan kuda, hanya saja bentuknya
lebih kecil dari kuda.<br /> <br /> Setelah lelaki itu selesai membeli
keledai, lalu dia bersama anaknya segera membawa pulang ke rumahnya.
Sang bapak menaiki keledai itu, sementara anaknya berjalan kaki sambil
menuntun keledainya dari samping menyusuri jalan kampung yang ramai
dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.<br /> <br /> Namun baru
beberapa langkah keledai itu berjalan, ada seseorang yang berkata :
Betapa teganya orang tua ini. Dia naik keledai sementara anaknya yang
masih kecil dibiarkan berjalan kaki.<br /> Setelah mendengar ucapan itu,
sang bapak turun kemudian meminta anaknya menaiki keledai itu, sementara
sang bapak berjalan sambil menuntun keledai tersebut. Sesampainya di
kampung lain ada yang berkata lagi : “Alangkah tidak sopannya anak ini,
dia enak-enakan naik keledai, sementara ayahnya hanya berjalan kaki.”<br /> </span></div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<span class="fbPhotoCaptionText"><br />
Karena ada ucapan seperti itu, maka sang bapak berkata kepada anaknya :
“ Turunlah nak, kita berdua berjalan kaki saja “. Kemudian mereka
berdua berjalan kaki sambil sang bapak menuntun keledainya. Namun ketika
mereka melewati kampung yang lain , ada orang yang berkata lagi :
“Mengapa kalian berdua tidak memanfaatkan keledai itu, untuk apa kalian
berjalan kaki jika ada keledai yang bisa kalian naiki.”<br /> <br /> <br /> <br />
Sang bapak kemudian menghentikan keledainya setelah mendengar perkataan
orang itu dan berkata kepada anaknya : ” Apa yang telah kita lakukan
salah lagi kita nak. Ya sudah, kita naiki saja berdua “. Kemudian mereka
berdua menaiki keledai itu bersama-sama, namun sesampainya di kampung
yang lain , tetap saja ada orang yang protes dan berkata : “Kasihan,
keledai sekecil itu dinaiki oleh dua orang.”<br /> <br /> <br /> <br /> Sang
bapak berkata lagi kepada anaknya : “ Kita dikatakan salah lagi nak.
Kalau begitu harus kita apakan keledai ini?”. Sang bapak kemudian
berkata lagi : “ Sudahlah nak, apapun yang akan kita lakukan pasti akan
tetap salah menurut mereka. Sekarang kita pikul saja keledai ini dan
biarkan nanti kalau ada orang yang mau berkata apa, terserah dan jangan
kita dengarkan lagi “. Akhirnya mereka seperti orang gila, karena
keledainya mereka pikul bersama.<br /> <br /> Pesan hikmah dari kisah ini:<br /> <br /> 1. Belajar Sabar<br /> <br />
Sesungguhnya kita tidak terlepas dari pembicaraan orang. Apapun yang
kita lakukan walau itu benar mungkin saja dianggap salah. Tak akan ada
habisnya jika kita memikirkan bagaimana pandangan orang lain terhadap
apa yang kita lakukan karena orang lain akan selalu menemukan celah
untuk dijadikan bahan pembicaraan. <br /> <br /> <br /> Dalam hidup ini
kadangkala ada orang yang tidak senang atau tidak suka dengan kita.
Ketidaksukaan itu seringkali ditunjukkan dengan mengejek dan menghina.
Seorang muslim harus sabar agar tidak menuruti keburukan mereka dengan
membalas kemarahan yang berlebihan.<br /> <br /> <br /> " Maka sabarlah engkau
( Muhammad ) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan
memuji Rabb - Mu sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam, dan
bertasbihlah ( pula ) pada waktu tengah malam dan diujung siang hari,
agar engkau merasa tenang" ( QS. Thaha : 130 ).<br /> <br /> <br /> 2. Belajar Istiqamah<br /> <br />
Dari kisah ini pula kita belajar tentang istiqamah ( memiliki pendirian
yang kuat dalam memegang prinsip kebenaran ), karena dengannya seorang
muslim tidak dilanda perasaan takut untuk membuktikan nilai kebenaran
dan tidak berduka cita bila mengalami resiko yang tidak menyenangkan.<br /> <br /> 3.Belajar Ikhlas<br /> <br />
Yakni setiap melakukan amal kebajikan baik perkataan maupun perbuatan
ditujukan hanya kepada Allah semata. Jika kita memiliki jiwa yang ikhlas
kita tidak dibelenggu oleh pengharapan akan pujian dan penghargaan juga
tidak takut apabila menuai celaan dan cemoohan. <br /> <br /> 4. Belajar Tawakal<br /> <br />
Seorang muslim haruslah memegang prinsip kebenaran dan menyerahkan
segalanya hanya kepada Allah. Hal ini telah ditekankan oleh Allah kepada
Nabi Muhammad seperti dalam firmannya:<br /> <br /> <br /> "Wahai Nabi!
Bertakwalah kepada Allah dan janganlah engkau menuruti ( keinginan )
orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui , Maha Bijaksana, dan ikutilah apa yang diwahyukan Rabb-Mu
kepadamu. Sungguh Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan, dan
bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pemelihara. " (
Al- Ahzab : 1-3 ).<br /> <br /> </span></div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-88785715174970065372014-09-16T16:54:00.001+07:002015-07-30T06:47:40.314+07:00Sepotong Kayu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="http://zurrahmah.files.wordpress.com/2013/09/kering.jpg?w=650" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://zurrahmah.files.wordpress.com/2013/09/kering.jpg?w=650" height="240" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Pandanganku terasa asing, seolah tengah berada ditempat yang tiada ku kenal. Sendiri mengais mimpi yang terbang dan berputar putar diatasku. Dan waktu telah membawaku ketempat ini, terdampar pada tanah yang gersang. Tak terasa mentari menyinari mimpiku yang mulai redup dan sedikit memberinya kehidupan, tak terasa bumiku telah selesai mengitari sang mentari nun jauh itu, dan aku masih disini menikmati asingnya negeri ini.
Langit itu mulai gelap seakan hujan akan memberi warna diatas bumi ini. Dan aku masih bertahan, menjadi sepotong kayu yang tenang sembari mengamati alam ini. Harapan mulai ada ketika gelap itu semakin kuat, hingga reduplah seisi alam ini, “tenang sebentar lagi kehidupan itu akan datang” seolah penghuninya berbisik. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
Waktu semakin berlalu, dan langit kembali cerah, awan hujan itu tertiup angin dan menghilang bersamanya. Hanya ada satu cahaya yang menerangi tempat ini, dia begitu tegar meski penghuninya tiada mengharapkannya. Dialah mentari, yang membawa sinar dan cahaya, memberi kehangatan dan kehidupan. Aku terkagum padanya, seakan ingin mendekat dengannya, tapi kayu rapuh ini pasti kan terbakar jika terlalu dekat dengannya. Bahkan kedua bola mata ini tak mampu untuk memandang kuat sinarnya, dan hanya bisa menyapa kala ia tertutup oleh bumi yang senja.
Sepotong kayu ini hanya ingin menjadi manfaat bagi sekitarnya, meski hanya sekedar sebagai pembakar tungku, setidaknya ia memberi manfaat. Sepotong kayu ini bisa memberi sedikit cahaya dimalam gelap, meski tak sekekal mentari tetapi cahaya itu setidaknya bisa menghangatkan barang sekejap, meski itu mengorbankan tubuhnya. Sepotong kayu itu hanya ingin terlihat oleh mentari itu kala ia menyinari dunia yang lain, kala ia menoleh kebelakang, ada cahaya kecil disana, dan itu adalah aku.
</div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-42805377141161350172014-09-13T04:13:00.004+07:002014-09-13T04:13:52.434+07:00"BEGINILAH CARAKU MENCINTAIMU"<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://scontent-a-kul.xx.fbcdn.net/hphotos-xfa1/v/t1.0-9/p235x350/10557381_317665311727430_5736040665838290070_n.jpg?oh=2c42235f223fb5776737910ba629f7b5&oe=548B1562" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://scontent-a-kul.xx.fbcdn.net/hphotos-xfa1/v/t1.0-9/p235x350/10557381_317665311727430_5736040665838290070_n.jpg?oh=2c42235f223fb5776737910ba629f7b5&oe=548B1562" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /> <span id="goog_235486683"></span><span id="goog_235486684"></span><br /> Ada kekasih yg membuktikan cintanya dengan jutaan kalimat ,pujian dan rayuan..<br /> Adapula dengan sikap nan penuh kasih..<br /> Tak sedikit dengan pengorbanan yg meluluh lantakkan harga diri<br /> Ada pula dengan menguras te<span class="text_exposed_show">naga dan materi.<br /> <br /> Namun bagiku, aku mencintaimu dengan menundukkan wajahku padamu, bukan karena ku ingin berpaling darimu,<br /> Tapi karena ku ingin menjaga pandanganmu dari panah-panah iblis.<br /> <br />
Ku mencintaimu dengan tidak melemah lembutkan suaraku padamu, bukan
karena aku ingin menyakitimu namun karena aku ingin menjaga hatimu dari
bisikan syaitan yg menipu.<br /> </span></div>
<a name='more'></a><span class="text_exposed_show"><br /> Ku mencintaimu dengan menjauh darimu<br /> Bukan karena aku membencimu, namun karena ku ingin menjagamu dari khalwat yg menjebak.<br /> <br /> Ku mencintaimu dengan menjaga dirimu dan diriku,<br /> Menjaga kesucianmu dan kesucianku,<br /> Menjaga kehormatanmu dan kehormatanku,<br /> Menjaga kebeningan hatimu dan hatiku.<br /> <br /> Cinta...<br /> <br /> Tak mengapa saat ini kita jauh, karena kelak Allah yg akan menyatukan qita dalam ikatan sucinya..<br /> Karena itu jauh lebih berarti,<br /> Jauh lebih abadi,<br /> Karena aku yakin janji Allah adalah pasti,<br /> Wanita yg baik untuk laki-laki yg baik.<br /> <br /> Seperti inilah ku mencintaimu dengan menjaga kesucian diri, jiwa dan hatiku hanya untuk ku persembahkan padamu kelak.<br /> <br /> Oleh karena itu cinta...<br /> Jaga kesucian cintamu juga hanya untukku.<br /> <br /> Ya Rabb..<br /> Pada-MU ku titipkan cintaku pada nya...Aamiin.</span>Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-12905676197995189482014-08-28T10:42:00.001+07:002014-08-28T10:43:01.336+07:00Cinta yang Sebenar benarnya...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvn0WIZjZn3xKJbSVdZaYv_ZDKxQexDCJAh0a2tqyoG5Cwcu2njYjoHEFfQN-sb5VQoJRjv3dYfPCCsSciqFZt4Ll8jDsO8Vnui-9TnPAKYwyoNMcAMruRNe47KWyUDxv9cpm3XbnWpZU/s1600/61365_154763371208083_100000232644401_433586_5223060_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvn0WIZjZn3xKJbSVdZaYv_ZDKxQexDCJAh0a2tqyoG5Cwcu2njYjoHEFfQN-sb5VQoJRjv3dYfPCCsSciqFZt4Ll8jDsO8Vnui-9TnPAKYwyoNMcAMruRNe47KWyUDxv9cpm3XbnWpZU/s1600/61365_154763371208083_100000232644401_433586_5223060_n.jpg" height="320" width="312" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Cinta... Semua orang pernah merasakannya dan berbagai macam pula cara kita menanggapinya. Ada yang senang ada yang bahagia, ada yang sedih adapula yang tersakiti. namun cinta itu yang sebenar benarnya adalah cinta yang menentramkan hati. Ketika kita salah menjatuhkan cinta dan meletakkan hati kepaada manusia maka cinta yang datang bukanlah cinta yang menenangkan atau menentramkan. Kadang kita juga tidak bijak dalam mencintai seseorang, hingga cinta itu menjadi sebuah cinta yang berlebihan..</div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti yang dikatakan Sahabat Ali Bin Abi Thalib.. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; margin: 0cm 23.05pt 0pt 18pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="font-size: 14pt; mso-ansi-language: EN-GB;">Dari <span class="SpellE">Ubaid</span> Al <span class="SpellE">Kindi</span>
berkata,</span><span style="font-size: 14pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; margin: 8.9pt 27pt 0pt 26.45pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">
<b><span lang="AR-SA" style="color: navy; font-family: 'Traditional Arabic'; font-size: 18pt; mso-ascii-font-family: Arial; mso-hansi-font-family: Arial;">سمعت عليا يقول لابن الكواء هل تدري ما قال الأول أحبب حبيبك هونا ما
عسى أن يكون بغيضك يوما ما وأبغض بغيضك هونا ما عسى أن يكون حبيبك يوما
ما</span></b><b><span dir="ltr" style="color: navy; font-family: Arial; font-size: 18pt; mso-bidi-font-family: 'Traditional Arabic';"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; margin: 7.7pt 21.85pt 0pt 13.2pt; text-align: justify; text-indent: 26.9pt;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-GB">"Aku mendengar Ali berkata kepada <span class="SpellE">Ibnul</span>
<span class="SpellE">Kawwa</span>, 'Apakah <span class="GramE">engkau</span> tahu
apa yang dikatakan yang pertama?.' <span class="GramE">"<span class="SpellE">Cintailah</span> orang yang engkau cintai dengan sewajarnya, karena
mungkin ia akan menjadi orang yang engkau benci suatu hari nanti.</span> <span class="SpellE"><span class="GramE">Bencilah</span></span><span class="GramE"> orang
yang engkau benci dengan sewajarnya, mungkin ia akan menjadi <span class="SpellE">kecintaanmu</span> suatu hari nanti."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; margin: 7.7pt 21.85pt 0pt 13.2pt; text-align: justify; text-indent: 26.9pt;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-GB"><span class="GramE">
</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; margin-left: 15.85pt; text-align: justify; text-indent: 5.5pt;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-GB" style="letter-spacing: -0.05pt;">Dari <span class="SpellE">Aslam</span> dari Umar bin <span class="SpellE">Khaththab</span> berkata:</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; margin-left: 15.85pt; text-align: justify; text-indent: 5.5pt;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-GB" style="letter-spacing: -0.05pt;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; margin-left: 15.85pt; text-align: justify; text-indent: 5.5pt;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-GB" style="letter-spacing: -0.05pt;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" dir="rtl" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; direction: rtl; margin-right: 15.85pt; text-align: justify; text-indent: 5.5pt; unicode-bidi: embed;">
<span style="font-size: small;"><b><span lang="AR-SA" style="color: navy; font-family: "Traditional Arabic";">لا يكن حبك كلفا ولا بغضك تلفا فقلت كيف ذاك قال إذا أحببت كلفت كلف
الصبي وإذا أبغضت أحببت لصاحبك التلف</span></b><b><span dir="ltr" style="color: navy;"></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 6pt -0.2pt 0pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; margin: 3.6pt 4.8pt 0pt 15.1pt; text-align: justify; text-indent: 27.35pt;">
<span style="font-size: small;"><span class="GramE"><span lang="EN-GB">"Janganlah <span class="SpellE">cintamu</span> menjadikan <span class="SpellE">keterlenaan</span>
bagimu, dan jangan pula <span class="SpellE">kebencianmu</span> menjadikan
kehancuran bagimu."</span></span><span lang="EN-GB"> <span class="GramE">Aku berkata, "Bagaimanakah itu?" la berkata, "Bila engkau
mencintainya, maka engkau mencintainya sampai engkau terlena seperti layaknya
seorang anak kecil, dan bila engkau membenci, engkau menginginkan kehancuran
baginya."</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; margin: 3.6pt 4.8pt 0pt 15.1pt; text-align: justify; text-indent: 27.35pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; margin: 3.6pt 4.8pt 0pt 15.1pt; text-align: justify; text-indent: 27.35pt;">
<span style="font-size: small;"><span lang="EN-GB"><span class="GramE">maka .. cinta yang sesungguhnya yaitu...</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; margin: 3.6pt 4.8pt 0pt 15.1pt; text-align: justify; text-indent: 27.35pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: none repeat scroll 0% 0% white; margin: 3.6pt 4.8pt 0pt 15.1pt; text-align: justify; text-indent: 27.35pt;">
<span lang="EN-GB" style="font-size: 14pt; mso-ansi-language: EN-GB;"><span class="GramE"><span style="font-size: small;">Dua kalimah syahadah adalah bukti bahawa cinta kepada Allah dan
Rasulullah s.a.w. tidak terpisah. Cinta Allah itu tujuan, cinta
Rasulullah itu jalan. Tidak mungkin tercapai tujuan “lailahaillallah”
tanpa mengikut jalan “Muhammad Rasulullah.”</span></span></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Keyakinan kita kepada Allah adalah atas curahan ilmu, didikan,
bimbingan dan pimpinan Rasulullah. Justeru, Rasulullah itu manusia biasa
yang sangat luar biasa. Baginda tidak dididik oleh manusia, tetapi
dididik oleh Allah s.w.t.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kata-katanya tidak pernah sia-sia melainkan terpandu segalanya oleh
wahyu. Allah berfirman yang bermaksud: “Rasulullah tidak berkata
melainkan wahyu Allah.” (<i>Surah al-</i>Najm 53: 3-4)</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika hati mencintai kebaikan, maka butalah hati itu jika tidak
mencintai Rasulullah… kerana Bagindalah insan terbaik dan paling banyak
menabur kebaikan. Jika hati mencintai keindahan, maka matilah hati itu
jika tidak jatuh cinta kepada keindahan Rasulullah; senyuman, sapaan,
teguran, bujukan, bahkan marahnya sekalipun tetap indah.<span id="more-2744"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Kita masih boleh membayangkan seorang yang pernah mengikat perutnya
dengan batu bagi menahan kelaparan ketika berjihad. Baginda insan yang
pernah patah giginya oleh asakan dan tusukan senjata musuh. Kenangi
seorang insan yang pernah luka-luka dilontar dengan batu-batu, dilempari
najis dan bangkai, diperosok ke dalam duri dan lubang, akhirnya
dikepung untuk dibunuh… hanya kerana ingin menyampaikan iman dan Islam
buat manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebaikan Rasulullah bukan sahaja dinikmati oleh generasi yang hidup
bersama-samanya, tetapi melampaui masa, zaman dan keadaan. Cinta Baginda
turut menyentuh hati kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Cinta tidak semestinya bertemu. Cinta tidak semestinya bersama.
Dimensi cinta ialah ukuran rasa, bukan oleh jarak yang jauh atau masa
yang panjang dan pendek. Cinta merombak batasan masa, jarak dan ruang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah insan yang sewajarnya dicintai. Insan yang tidak akan lega
tanpa dijanjikan keselamatan buat umatnya. Insan telah pergi menemui <i>al-Rafiq al-A‘la</i>
(Teman daerah tinggi iaitu Allah) tanpa mewariskan sebarang harta.
Bahkan menurut ahli sejarah, ketika itu lampu di rumahnya sudah
kehabisan minyak…</div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah cinta Rasulullah. Itulah yang mesti ada ada dalam jiwa agar
kita berpeluang bersama-samanya di dalam syurga. Dan sewajar selalu
bertanya kepada hati sendiri, <i>“Di mana Rasulullah di hati kita</i>?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Di mana Rasulullah di hati kita?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengapa semua ini melibatkan soal hati? Ya, kerana yang paling
berkuasa dalam diri manusia ialah hati. Imam al-Ghazali menegaskan
bahawa hati umpama raja yang paling berkuasa dalam diri manusia.
Pancaindera dan segala anggota badan bagaikan rakyat yang tunduk dan
patuh kepada perintah hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Hati </b>adalah tempat cinta bertakhta. Cinta itu yang mengawal
hati. Jika seseorang mencintai sesuatu, seluruh tenaga, upaya dan fokus
dalam hidupnya akan ditumpukan kepada apa-apa yang dicintai.</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh kerana itu, kita perlu berhati-hati apabila mencintai dan
dicintai. Kita perlu berhati-hati memilih “siapa” dan “apa” yang hendak
kita cintai.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah s.a.w. pernah bersabda, maksudnya: “Seseorang akan menjadi
hamba kepada apa-apa yang dicintainya.” (Riwayat al-Bukhari)</div>
<div style="text-align: justify;">
Syukur, jika hati mencintai Allah, kita akan menjadi hamba kepada
Allah dan seluruh hidup kita akan terfokus kepada iman dan Islam.
Alangkah ruginya jika di hati kita bertakhta kejahatan dan kemungkaran
kerana kita akan menjadi hamba kepada kejahatan dan kemungkaran itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Cinta Allah Segala Sumber </b></div>
<div style="text-align: justify;">
Hidup memang untuk cinta. Tetapi cinta kepada siapa? Jawabnya, cinta kepada Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Firman Allah, maksudnya: “Orang yang beriman sangat cinta kepada
Allah. Kalaulah orang yang melakukan kezaliman mengetahui ketika mereka
melihat seksaan (pada hari kiamat) bahawa kekuatan itu semua kepunyaan
Allah dan amat berat seksaan-Nya (nescaya mereka menyesal).” (<i>Surah al-Baqarah</i> 2: 165)</div>
<div style="text-align: justify;">
Cinta kepada Allah sumber segala kekuatan, kekayaan, ketenangan dan kejayaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia yang bercinta dengan Allah Yang Maha Kaya (<b><i>al-Ghaniy</i></b>), akan mendapat kekayaan jiwa yang tiada tandingan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia yang paling kuat ialah manusia yang mencintai Allah Yang Maha Perkasa (<b><i>al-Qawiy</i></b>).</div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia yang jahil dan serba tidak tahu akan menjadi insan yang
bijaksana apabila berhubung cinta dengan Allah Yang Maha Mengetahui (<b><i>al-‘Alim</i></b>).</div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia yang cinta kepada Allah punya kekuatan dan ketenangan untuk
menghadapi kehidupan. Hidup mereka tidak akan diganggu gugat oleh rasa
takut atau dukacita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Firman Allah yang bermaksud: “Kebebasan yang diberikan kepadamu
(apabila diketahui oleh mereka) lebih dekat untuk mententeramkan hati
mereka, menjadikan mereka tidak berdukacita, serta menjadikan mereka
reda akan apa-apa yang engkau lakukan kepada mereka. Dan (ingatlah)
Allah sedia mengetahui setiap yang ada dalam hati kamu. Allah Maha
Mengetahui, lagi Maha Penyabar.” (<i>Surah al-Ahzab</i> 33: 51)</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika kemanisan hidup yang kita cari, maka rasa cinta kepada Allah mestilah disemat dalam hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah s.a.w. bersabda, maksudnya: “Sesiapa yang mempunyai tiga
perkara padanya, dia telah mendapatkan kemanisan iman, iaitu Allah dan
Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain kedua-duanya, serta mencintai
dan membenci seseorang semata-mata kerana Allah. Dia hendaklah benci
untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia membenci jika dicampakkan
ke dalam neraka.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ekspresi Cinta Sahabat kepada Allah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Cinta kepada Allah telah membentuk sahabat-sahabat Nabi s.a.w. berikut menjadi orang yang hebat:</div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="168"><b>Sahabat/Tabiin</b></td>
<td valign="top" width="400"><b>Bukti Cinta</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="168">Abu Bakar r.a.</td>
<td valign="top" width="400">Sanggup mengorbankan seluruh hartanya untuk Islam.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="168">Umar al-Khattab r.a.</td>
<td valign="top" width="400">Kurang tidur pada waktu malam hari kerana
bimbang urusannya dengan Allah tidak selesai dan kurang tidur pada waktu
siang kerana bimbang urusannya dengan manusia tidak selesai.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="168">Umar bin Abdul Aziz</td>
<td valign="top" width="400">Sangat amanah sehingga tidak sanggup mengambil sedikit pun harta negara untuk maslahat dirinya.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="168">Khalid al-Walid</td>
<td valign="top" width="400">Tidak terikat dengan jawatan apabila berkata: “Aku berjuang bukan kerana Umar (bahkan kerana Allah).”</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mengapa Perlu Mencintai Rasulullah?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah kelebihan mencintai Allah. Hitam, putih, manis, pahit,
terang dan gelap – semuanya baik belaka jika sudah ada cinta. Namun
demikian, cinta kepada Allah tidak mungkin dicapai tanpa melalui cinta
Rasulullah s.a.w. Cinta Allah itu tujuan, cinta kepada Rasulullah pula
jalan. Tujuan tidak akan tercapai tanpa mengikut jalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Antara jalan menuju kejayaan adalah dengan “meniru” orang yang
berjaya sebagaimana yang turut dinyatakan oleh pakar motivasi dan
psikologi. Sebagai umat Islam, siapa lagi insan paling berjaya jika
tidak Rasulullah? Baginda mencapai kejayaan yang holistik sebagai
individu dan masyarakat di dunia dan akhirat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah s.w.t. telah menegaskan hakikat ini melalui firman-Nya yang
bermaksud: “Pada diri Rasulullah buat kamu adalah suri teladan yang
baik.” (<i>Surah al-Ahzab</i> 33: 21)</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa berdolak-dalih lagi, kita boleh merumuskan bahawa punca
kegagalan umat Islam kini kerana tidak menjadikan Rasulullah sebagai
teladan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut dihuraikan sebab kita perlu mencintai Rasulullah s.a.w.:</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Jalan mencintai Allah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah sendiri telah menunjukkan bahawa jalan mencintai Allah adalah
dengan mencintai Rasulullah. Jalan itu wajib diikuti. Tidak ada manusia
yang mampu mencintai Allah mengikut jalannya tersendiri. Seperkara lagi,
kita mestilah mencintai segala-gala yang dicintai Allah. Ia meliputi
mencintai para rasul, nabi, malaikat, hamba-Nya yang soleh, amal soleh
dan akhlak mulia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tegasnya, cinta kepada Allah mewajibkan kita agar mencintai sesiapa
dan segala sesuatu yang dicintai-Nya. Insan yang paling dicintai oleh
Allah ialah Rasulullah s.a.w. Inilah syarat pertama dan utama untuk
meraih cinta Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perkara ini ditegaskan sendiri oleh Allah melalui firman-Nya yang
bermaksud: “Katakan: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku (Muhammad). Nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (<i>Surah Ali ‘Imran</i> 3: 31)</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Rasulullah sangat dimuliakan Allah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah telah memilih Baginda sebagai manusia yang paling mulia dengan pengiktirafan berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
- Penghulu segala rasul.</div>
<div style="text-align: justify;">
- Menurunkan al-Quran kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
- Memuliakan dengan selawat.</div>
<div style="text-align: justify;">
- Menganugerahkan gelaran <i>“Habibullah”</i> (kekasih Allah).</div>
<div style="text-align: justify;">
Peri Rasulullah dimuliakan oleh Allah terpancar daripada firman-Nya
yang bermaksud: “Sesungguhnya, Allah dan malaikat-Nya berselawat atas
nabi. Wahai orang beriman, berselawatlah atas nabi.” (<i>Surah al-Ahzab</i> 33: 56)</div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan itu sahaja, malah Baginda dimartabatkan sebagai pemberi rahmat
bagi seluruh alam dan kelak Allah akan lebih memuliakannya dengan
memberikan <i>syafa‘ah ‘uzma </i>(pertolongan agung) pada hari kiamat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Insya-Allah, orang yang memuliakan insan yang dimuliakan Allah
(Rasulullah) akan turut dimuliakan-Nya. Rasulullah s.a.w. bersabda,
maksudnya: “Sesiapa yang berselawat kepadaku sekali, maka aku akan
berselawat atasnya 10 kali.” (Riwayat al-Bukhari)</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Rasulullah sangat mencintai kita</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah merupakan Nabi yang paling mencintai umatnya. Atas dasar
cinta itulah Baginda berjuang habis-habisan untuk menyampaikan ajaran
Islam – agama yang menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Belum
tentu orang yang kita cintai akan mencintai kita, tetapi Baginda memang
terbukti mencintai kita. Jika kita mencintai Rasulullah, kita tidak akan
bertepuk sebelah tangan… Cintailah Rasulullah, pasti cinta kita
berbalas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bukti cinta ialah pengorbanan. Semakin tinggi cinta, semakin banyak
pengorbanan. Lihatlah bagaimana Baginda telah menumpahkan keringat,
mengalirkan air mata, malah rela menyabung nyawa demi menyelamatkan umat
Islam daripada seksaan neraka?</div>
<div style="text-align: justify;">
Firman Allah, maksudnya: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang
Rasul daripada kaummu sendiri. Terasa berat olehnya dengan
penderitaanmu, yang sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan serta penyayang terhadap orang Mukmin.” (<i>Surah al-Tawbah</i> 9: 128)</div>
<div style="text-align: justify;">
Doa-doa yang diwariskan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya dan
kemudian dipindahkan daripada satu generasi ke satu generasi juga bukti
cinta Rasulullah kepada umatnya. Jika kita merujuk kepada hadis-hadis
yang dinukilkan dalam pelbagai kitab, kita dapat melihat betapa banyak
khazanah doa yang diwariskan sebagai bukti kecintaan Baginda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>4. Jasa dan kebaikan Rasulullah yang melimpah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Budi dan jasa Rasulullah s.a.w. sangat luar biasa. Dakwah, nasihat,
didikan, bimbingan, doa dan kepimpinan Rasulullah tidak terhitung
nilainya. Baginda bukan sahaja bertungkus-lumus untuk menyelamatkan
manusia di dunia sahaja, malah akhirat. Baginda telah menyampaikan
berita (hari akhirat) sama ada yang menggembirakan (syurga) atau ancaman
yang menakutkan (neraka) sebagai peringatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah perbezaan Rasulullah s.a.w. dengan pemimpin dunia yang lain.
Pemimpin biasa hanya berusaha menyelamatkan pengikutnya di dunia, tetapi
Rasulullah berusaha menyelamatkan umatnya daripada kesengsaraan di
dunia dan akhirat. Rasulullah s.a.w. bukan sahaja membersihkan dunia
daripada kejahatan, malah membersihkan hati manusia daripada dosa dan
kemungkaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hati manusia yang dicemari syirik dan sifat mazmumah telah
dibersihkan dengan kehadiran Rasulullah s.a.w. Hasilnya, terbentuklah
generasi yang beriman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Firman Allah, maksudnya: “Sesungguhnya, Allah memberi kurniaan kepada
orang yang beriman ketika Allah mengutus antara mereka seorang Rasul
daripada golongan mereka sendiri, yang membacakan ayat-ayat Allah kepada
mereka, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka
al-Kitab dan <i>al-hikmah</i>. Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.” (<i>Surah Ali ‘Imran</i> 3: 164)</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>5. Keagungan akhlak Rasulullah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap hati manusia akan jatuh cinta kepada orang yang mempunyai
akhlak yang baik. Akhlak yang baik disukai oleh setiap manusia tidak
kira agama, bangsa dan warna kulit. Ia nilai sejagat yang diakui oleh
semua manusia. Ini juga salah satu sebab kita perlu mencintai Rasulullah
s.a.w. kerana ketinggian dan keagungan akhlak Baginda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh sebab itu, sesiapa yang tidak jatuh cinta kepada Rasulullah
s.a.w., itu petanda dia menolak fitrah manusia. Orang yang baik dan
ingin menjadi baik akan mencintai dan meneladani orang yang baik. Tidak
ada insan sebaik Nabi Muhammad s.a.w. Akhlak Baginda bukan sahaja dipuji
oleh kawan dan lawan, malah oleh Tuhan Yang Maha Pencinta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah berfirman, maksudnya: “Sesungguhnya, kamu (Muhammad) benar-benar mempunyai budi pekerti yang agung.” (<i>Surah al-Qalam</i> 68: 4)</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tanda Mencintai Rasulullah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sudahkah kita jatuh cinta kepada Rasulullah s.a.w.? Antara tanda
mencintai Baginda ialah banyak mengingat, menyebut, merindu dan
seterusnya ingin sekali bertemu. Maksudnya, cinta adalah satu perasaan
yang bersemi dalam hati, diluahkan dengan lidah dan dibuktikan dengan
tindakan dan pengorbanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika kita mengaku cintakan Rasulullah s.a.w., muhasabahlah sebanyak
mana kita berselawat kepada Baginda sehari semalam? Selawat itu tanda
ingatan. Setelah banyak mengingat dengan berselawat, tentulah rasa rindu
untuk bertemu semakin mendalam. Ya, cinta dan rindu sangat sinonim.</div>
<div style="text-align: justify;">
Cinta yang hebat akan mampu mendekatkan jarak waktu dan jurang
generasi. Inilah yang dialami oleh manusia yang hidup pada akhir zaman,
tetapi punya cinta yang mendalam kepada Rasulullah s.a.w.</div>
<div style="text-align: justify;">
Justeru, Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Orang yang
paling aku cintai dalam kalangan umatku ialah orang sesudahku yang
sangat ingin melihat aku (walaupun dengan mengorbankan) keluarga dan
hartanya.” (Riwayat Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesimpulannya, orang yang bercinta mesti banyak mengingati sesiapa
yang dicintainya. Apabila hati mengingat, mulut akan banyak menyebut.
Apabila lidah banyak menyebut, hati akan berasa rindu. Apabila rindu,
pasti terasa ingin bertemu. Ya, begitulah sifir cinta kepada Rasulullah.
Bagaimana hendak bertemu dengan Rasulullah? Jawabnya, dengan mati dalam
keadaan sedang berjuang menegakkan sunnahnya dalam seluruh aspek
kehidupan!</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Doa daripada Rasulullah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Lihatlah, betapa cinta Rasulullah s.a.w. apabila Baginda berkata kepada seorang sahabatnya; Mu‘az bin Jabal:</div>
<div style="text-align: justify;">
“Wahai Mu‘az, aku sangat mencintaimu. Selepas engkau menunaikan
solat, jangan sekali-kali engkau lupa untuk berdoa kepada Allah dengan
doa ini:</div>
<div dir="RTL" style="text-align: justify;">
اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ</div>
<div style="text-align: justify;">
Bermaksud: ‘Ya Allah, bantulah aku mengingati-Mu, mensyukuri nikmat-Mu dan memperbaiki ibadah kepada-Mu.’”</div>
<div style="text-align: justify;">
5 Jalan Utama Mencintai Rasulullah</div>
<div style="text-align: justify;">
Walau apa-apa pun keadaan, tidak ada pilihan lain buat kita melainkan
cuba sedaya upaya mencintai Rasulullah s.a.w. sepenuh hati. Keselamatan
kita di dunia dan akhirat bergantung kepada sejauh mana kita mencintai
Rasulullah s.a.w. Justeru, untuk mencapai cinta Allah, kita perlu
melalui terlebih dahulu jalan-jalan yang membawa cinta kepada
Rasulullah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang Arab Badwi bertemu Rasulullah s.a.w. lantas bertanya: “Bila berlaku kiamat?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah s.a.w. bertanya kembali kepadanya, mafhumnya: “Apa yang sudah kau sediakan untuk menghadapinya?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang Arab Badwi tersebut menjawab: “Aku menyediakan hati yang sangat mencintai engkau, wahai Rasulullah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah membalas: “Seseorang akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya di akhirat.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika mendengar jawapan Rasulullah itu, para sahabat Baginda sangat
gembira. Malah, ada daripada mereka yang merasakan hari tersebut
seolah-olah hari raya. Mereka merasakan dengan “bermodalkan” cinta,
mereka boleh dikurniakan syurga!</div>
<div style="text-align: justify;">
<b style="font-size: 13px; line-height: 1.4;">KAEDAH MENCINTAI RASULULLAH</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b> </b>Bagaimana hendak mencintai Rasulullah s.a.w.? Mencintai Rasulullah dapat dicapai melalui jalan-jalan berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Mengenali Rasulullah</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita perlu benar-benar mengenali Rasulullah melalui sirah dan sunnah
Baginda. Tidak cukup hanya mengetahui dengan akal, tetapi kita perlu
mengenali Baginda dengan hati, lalu cuba mempraktikkan segala sunnahnya
dalam realiti kehidupan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanya kepada diri: “Jika Rasulullah bersama-samaku, bagaimanakah
rasa, kata dan tindakan kita ketika berdepan dengan suasana ini?”
Begitulah rasa hati yang seharusnya ada dalam hati kita sekiranya ingin
benar-benar mengenali Rasulullah s.a.w.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akal — Tahu</div>
<div style="text-align: justify;">
Hati — Kenal</div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin telah banyak yang kita baca daripada sirah Rasulullah, tetapi
sejauh mana ia meresap ke dalam hati untuk dirasai? Dengan cuba
meneladani Baginda setiap masa, barulah kita diberi hidayah oleh Allah
untuk benar-benar mengenali dan seterusnya mencintai Rasulullah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk cinta, mesti kenal. “Tak kenal, maka tak cinta.” Apabila kita
mengenali Rasulullah s.a.w., barulah kita boleh mencintainya. Justeru,
tuntutan yang paling utama selepas mengenal Allah adalah dengan mengenal
Rasulullah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ironinya, bagaimana mungkin ibu bapa mampu mengenalkan dan menyemai
rasa cinta kepada Rasulullah kepada anak-anak jika diri mereka sendiri
pun belum mengenali dan mencintai Baginda?</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengenali Rasulullah s.a.w. melibatkan dua dimensi, seperti berikut:</div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="92"><b>Dimensi</b></td>
<td valign="top" width="302"><b>Contoh</b></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="92">Lahiriah</td>
<td valign="top" width="302">Personaliti Rasulullah yang merangkumi nama, rupa fizikal, ahli keluarga dan lain-lain.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="92">Rohaniah</td>
<td valign="top" width="302">Aspek keyakinan, prinsip dan strategi perjuangan Rasulullah.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
Tidak memadai jika kita mencintai Rasulullah s.a.w. hanya kerana
jasad dan tubuh badan Baginda tanpa mengenali dan mencintai
perjuangannya. Abu Talib, bapa saudara Nabi sendiri sangat kuat
mempertahankan keselamatan nyawa Baginda. Malangnya, dia tidak mendapat
hidayah untuk menyakini iman dan Islam yang menjadi perjuangan Baginda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh sebab itu, mengenali Rasulullah s.a.w. tidak cukup sekadar
lahiriah. Kita mesti menyelami roh dan prinsip perjuangan Baginda.
Perkenalan tahap pertama (lahiriah), tidak akan menghasilkan cinta yang
sempurna.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekadar menghafal nama, mengetahui ahli keluarga dan mempunyai
maklumat elemen luaran Baginda bukan pengenalan yang hakiki. Mungkin ia
boleh menimbulkan minat, tetapi tidak akan membuahkan cinta. Pengenalan
yang menghasilkan cinta ialah perkenalan yang meresap ke hati, bukan
sekadar di kepala dan juga bukan sekadar hafalan, tetapi penghayatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan cinta adalah soal hati dan rasa. Atas dasar itulah ramai
umat Islam yang belum mencintai walaupun sering mengaku mencintai. Dalam
hati cuma boleh menampung satu cinta. Jika cintakan dunia, manusia dan
lain-lain masih mendominasi hati, ertinya cinta kepada Rasulullah tidak
akan bersemi. Betapa jarang kita mengingati Rasulullah, apatah lagi
merindukan untuk berjumpa dengannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Mematuhi ajaran Rasulullah</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanda cinta ialah patuh. Pepatah Arab menyatakan: “Seseorang akan
menjadi hamba kepada perkara yang dicintainya.” Seorang yang mencintai
Rasulullah akan menjadi hamba kepada Allah dengan mengikut sunnah
Rasulullah. Kepatuhan seseorang terhadap ajaran Rasulullah adalah bukti
yang paling kuat menunjukkan kebenaran cintanya. Tanpa mematuhi
ajarannya, dakwaan cinta itu adalah palsu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam konteks ini, al-Hasan al-Basri dan para salaf pernah
menyatakan: “Sesuatu kaum mendakwa bahawa mereka mencintai Allah, lalu
mereka diuji oleh Allah dengan menurunkan ayat 31 surah Ali ‘Imran yang
bermaksud: ‘Katakan: ‘Jika benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah
aku.’’</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap kali berarak, marhaban, bernasyid dan berselawat pada hari
keputeraan Rasulullah, sepatutnya peringatan daripada al-Hasan al-Basri
inilah yang lebih dititikberatkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Memuliakan dan menghormati Rasulullah</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita dianggap memuliakan Rasulullah apabila membenarkan segala berita
yang dibawa oleh Baginda, mematuhi segala suruhan, menjauhi segala
larangan dan beribadah kepada Allah dengan cara yang ditunjukkannya.
Sesiapa yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, ini bererti dia
tidak lagi menghormati Rasulullah walaupun mulutnya mendakwa demikian.</div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Love is a verb not a word</i> – cinta itu tindakan, bukan
perkataan.” Seseorang yang tidak menegakkan sunnah Rasulullah s.a.w.
dalam kehidupan kerana kejahilan, kedegilan atau keangkuhan, maka secara
langsung atau tidak dia telah menghina Rasulullah. Bahkan, secara sedar
atau tidak, sikap itu boleh dikira sebagai meragui kejujuran, keadilan
dan kebenaran yang dibawa Baginda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhir zaman, bukti mencintai Rasulullah s.a.w. adalah dengan
menegakkan sunnah Baginda, namun ia sangat sukar dilakukan seumpama
menggenggam bara api. Namun, orang yang cinta, “buta” kepada penderitaan
demi mendapat keredaan orang yang dicintainya, akan sanggup melakukan.
Ya, cinta itu buta. Begitulah jika kita mencintai Rasulullah, kita
sanggup menggenggam “bara api” tersebut dan mengamalkan sunnah Baginda
walaupun terpaksa menggigitnya dengan gigi geraham.</div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah maksud sabda Rasulullah s.a.w.: <i>“Sesungguhnya Islam bermula dengan keasingan dan akan kembali asing seperti permulaan. Berbahagialah orang yang asing.”</i> (Riwayat Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah s.a.w. bersabda lagi yang bermaksud: <i>“Sesungguhnya, di
belakang kalian ada hari-hari untuk orang yang bersabar seperti
memegang bara api. Mereka yang mengamalkan sunnah pada hari tersebut
akan mendapatkan pahala 50 kali daripada kalian yang mengamalkan amalan
tersebut.” </i><i></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Para sahabat bertanya: “Mendapatkan pahala 50 kali daripada kita atau daripada mereka?” </i><i></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Rasulullah menjawab: “Bahkan 50 kali pahala daripada kalian.”</i> (Riwayat al-Tirmizi, Abu Daud, Ibn Majah, Ibn Hibban dan al-Hakim)</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, kita mesti berwaspada pada tipu daya syaitan yang hendak
menyesatkan manusia. Bagi mereka yang tidak ingin memuliakan Rasulullah
s.a.w., syaitan meniupkan rasa enggan, berat dan angkuh untuk menegakkan
sunnah. Manakala, bagi yang sudah mempunyai dorongan untuk memuliakan
Baginda, syaitan akan mendorongnya secara keterlaluan hingga ke tahap
terlajak dan terlampau.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini diperingatkan sendiri oleh Rasulullah s.a.w., maksudnya:
“Janganlah kamu keterlaluan menyanjung aku sebagaimana sanjungan yang
diberikan orang Nasrani terhadap Nabi Isa anak Maryam. Sesungguhnya aku
hamba-Nya, oleh sebab itu panggilan aku Abdullah (hamba Allah) dan
Rasulullah (pesuruh Allah).” (Riwayat al-Bukhari)</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Mencintai keluarga, kaum kerabat dan sahabat Rasulullah</div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah lumrah apabila kita mencintai seseorang, kita akan turut
mencintai semua orang yang dicintainya dan segala sesuatu yang membawa
kepada kecintaannya. Dalam konteks ini, Rasulullah s.a.w. telah mengajar
kita supaya berdoa dengan doa ini: “Ya Allah, berikan cinta-Mu
kepadaku, jadikan orang yang mencintai-Mu mencintaiku dan jadikan aku
mencintai segala sesuatu yang membawa kepada kecintaan-Mu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Justeru, bukti cinta kita kepada Rasulullah s.a.w. adalah dengan
mencintai seluruh keluarganya (isteri, anak, cucu dan seterusnya) serta
para sahabat Baginda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika ditanya, bagaimana? Jawapannya dengan menghormati para sahabat,
mengakui keutamaan ahli bait, memelihara kehormatan dan kedudukan mereka
serta benci kepada sesiapa yang menghina mereka. Kita tidak boleh
berdiam diri apabila para sahabat dan ahli bait dikecam oleh sesiapa
sahaja. Kita mestilah bertindak memberi penjelasan, penerangan dan
berhujah dengan cara ilmiah dan <i>amaliah</i> (perbuatan) bahawa mereka memiliki keutamaan dan keistimewaan yang khusus.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hakikat ini dijelaskan dalam firman Allah, maksudnya: “Orang yang
terdahulu lagi yang pertama kali (masuk Islam) dalam kalangan Muhajirin,
Ansar dan orang yang mengikut mereka dengan baik. Allah meredai mereka
dan mereka pun reda kepada Allah. Dia menyediakan bagi mereka syurga
yang mengalir sungai di dalamnya, dan mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (<i>Surah al-Tawbah</i> 9: 100)</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika ada sahabat yang menyatakan kebimbangan dengan pelantikan
Usamah bin Zaid sebagai jeneral tentera Islam, Rasulullah s.a.w. telah
bersabda, maksudnya: “Jika kalian mencela kepimpinannya, maka kalian
juga mencela kepimpinan ayahnya sebelum ini. Demi Allah, dia (ayahnya)
sangat layak menduduki jawatan panglima dan dia salah seorang yang
paling aku cintai. Usamah adalah orang yang paling aku cintai sesudah
ayahnya.” (Riwayat al-Bukhari)</div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu juga rasa cinta yang diucapkan Baginda kepada cucunya iaitu
al-Hasan dan al-Husin sehinggakan Baginda mendoakan mereka dengan doa:
“Ya Allah, cintailah kedua-duanya kerana aku mencintai kedua-duanya.”
(Riwayat al-Bukhari)</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengakui mencintai Rasulullah tetapi membenci sahabat-sahabat utama
Baginda adalah satu pendustaan. Padahal, keutamaan para sahabat dan
generasi awal Islam telah ditegaskan oleh Rasulullah sendiri melalui
sabdanya yang bermaksud: “Sebaik-baik manusia ialah (manusia yang hidup
dalam) kurunku, kemudian mereka yang mengikutinya (<i>tabi</i>) dan mereka yang mengikutinya (<i>tabi tabiin</i>).” (Riwayat al-Bukhari)</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Mencintai ulama yang gigih berdakwah</div>
<div style="text-align: justify;">
Ulama ialah pewaris nabi. Merekalah golongan yang paling teguh
berpegang dengan sunnah dan gigih berdakwah menyebarkan Islam sejak
dahulu sehingga kini. Di bahu merekalah terletaknya amanah untuk
meneruskan perjuangan menegakkan Islam kepada umat setelah tidak akan
ada lagi nabi atau rasul yang akan diutuskan kepada umat manusia. Tidak
kira di mana-mana pun kedudukan kita sama ada sebagai umara atau umat,
ulama mesti diletakkan sebagai penasihat, murabbi bahkan pembimbing ke
jalan kebenaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita dituntut memuliakan ulama silam yang banyak berjasa dan menjaga
warisan ilmu dengan penuh iltizam, ikhlas dan profesional. Mereka
mewariskan kitab muktabar dan generasi ilmuwan yang meneruskan legasi
kecemerlangan sehingga pada zaman kini. Walaupun mungkin sebagai manusia
biasa, para ulama juga tidak terlepas daripada kekhilafan dan
kesilapan, namun itu bukan alasan untuk memandang rendah apatah lagi
mencerca mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Alangkah baik sekiranya ada perbezaan sesama mereka (walau bagaimana
besar sekalipun perbezaan itu) kita menerima dengan berlapang dada dan
penuh adab.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menghormati ulama silam sangat perlu berdasarkan <i>‘ibrah </i>yang
dijelaskan oleh firman Allah, maksudnya: “Dan orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, maksudnya: ‘Wahai Tuhan
kami, berikan keampunan kepada kami dan saudara kami yang telah beriman
terlebih dahulu daripada kami. Janganlah Engkau membiarkan kedengkian
dalam hati kami terhadap orang beriman. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya
Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.’” (<i>Surah al-Hashr</i> 59: 10)</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mencintai Kerana Allah</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Selepas mencintai Allah dan Rasul-Nya, kepada siapa lagi perlu kita
mencintai? Ya, kita boleh mencintai sesiapa dan apa-apa sahaja dengan
syarat diniatkan mencintai Allah. Mencintai Allah adalah sumber cinta
semua dan segala-galanya. Justeru, cintailah Allah…</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah mampu mencintai isteri, anak, cucu, menantu, sahabat malah
seluruh umatnya. Jika Rasulullah mencintai Mu‘az kerana Allah, maka
kita juga mesti mencintai orang lain kerana Allah. Mencintai seseorang
kerana Allah dan Rasul-Nya juga dikira mencintai Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, dalam apa-apa jua keadaan sekalipun, kecintaan kepada makhluk
tidak boleh melebihi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah yang
bermaksud:</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jika bapa, anak, saudara, isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri kerugian dan tempat
tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan
Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sehingga
Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang fasiq.” (<i>Surah al-Tawbah</i> 9: 24)</div>
<div style="text-align: justify;">
Umar al-Khattab berkata kepada Rasulullah s.a.w.: “Wahai Rasulullah,
sungguh engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu kecuali diriku
sendiri.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi s.a.w. bersabda, maksudnya: “Tidak, demi Allah yang diriku
berada di tangan-Nya sehingga aku lebih dicintai daripada dirimu
sendiri.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Umar r.a. berkata: “Sesungguhnya, demi Allah sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” (Riwayat al-Bukhari)</div>
<div style="text-align: justify;">
Adakah rasa hati kita telah merasai seperti yang pernah dirasai oleh
Sayidina Umar? Adakah Rasulullah s.a.w. lebih kita cintai daripada diri
kita sendiri?</div>
<div style="text-align: justify;">
Masya-Allah, semuanya masih jauh. Soalan “di mana Rasulullah di hati
kita?” adalah satu persoalan yang perlu dijawab dengan jujur oleh setiap
Muslim kerana kedudukan Rasulullah di hati kita adalah pengukur
kedudukan Allah di hati kita. Di mana Allah di hati kita juga menentukan
sejauh mana kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keselamatan dan
keharmonian hidup kita di dunia dan akhirat.</div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-40400689033224998802014-08-25T14:46:00.002+07:002014-08-25T14:46:35.786+07:00Mam, Mother, the best teacher in the world<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Di Jepang ada namanya “kyoiku mama” (ibu pendidikan) para ibu di
Jepang rata-rata tidak bekerja, tapi hanya untuk mendidik dan mengurusi
an<span class="text_exposed_show">ak2 mereka mulai bangun, berangkat pulang sekolah, kursus, les, sampai tidur lagi, semuanya di bawah didikan sang ibu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZrUL5WtTxfIdFb-BHUnQC-NMdFjZLNEVj7fgekMEK1YHm7K2kwAxY4as_6s8RtxJCcq_7yuNmNsZweJ3fz_qd3Ahs_-ecv976p8Thjq7AAqveztwlk_48szusVZWc4K5wrVCuiswt6U8/s1600/mam.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZrUL5WtTxfIdFb-BHUnQC-NMdFjZLNEVj7fgekMEK1YHm7K2kwAxY4as_6s8RtxJCcq_7yuNmNsZweJ3fz_qd3Ahs_-ecv976p8Thjq7AAqveztwlk_48szusVZWc4K5wrVCuiswt6U8/s1600/mam.jpg" height="320" width="233" /></a>
Para kyoiku mama ini menanamkan kesopanan, kebersihan pada anak mereka,
rata2 mereka lulusan S1/S2. Mereka sekolah tinggi bukan untuk berkarier
tapi “mendidik anak” itulah karier mereka yang tertinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan
kemajuan ekonomi Jepang adalah karena ditopang oleh kyoiku mama ini
makanya tidak heran kalau orang Jepang itu disiplin, etos kerja tinggi,
menjaga kebersihan itu semua hasil didikan para </div>
kyoiku mama, sehingga
sekolah hanya untuk menstransfer ilmu saja.<br />
<div style="text-align: justify;">
Sementara “Ryousai
kenbo” adalah slogan yang kembali digalakkan pemerintah Jepang, istilah
ini muncul di jaman restorasi Meiji dan banyak dianut keluarga Jepang
untuk mewujudkan keluarga harmonis ideal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ryousai: istri yg baik<br /> Kenbo: ibu yang bijaksana</div>
<div style="text-align: justify;">
Intinya menyerukan bahwa wanita peran terhormat sebagai istri yang baik
dan bijaksana, pembagian peran alami sesuai fitrah antara perempuan dan
laki laki.</div>
<div style="text-align: justify;">
Peran perempuan sebagai menteri dalam negeri dan
motivator domestik rumah tangganya dan peran lelaki jadi menteri luar
negri keluarganya sebagai motivator logistik dan publik.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Di
Jepang peran ini kembali digalakkan karena sekarang perempuan memilih
melajang menjadi wanita karier sehingga presentasi pertumbuhan penduduk
muda usia produktif di negara mereka menurun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tentu saja kasus
kekerasan remaja dan bunuh diri di Jepang pada usia sekolah terus
bertambah karena tidak terpenuhinya kualitas hubungan ibu dan anak yang
menunjang pertumbuhan emosi anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi wajar pemerintahan Jepang
sangat memberi tempat terhormat pada peranan ibu rumah tangga yang
berkualitas, karena kemajuan bangsanya kelak pun tetap ditopang oleh
kualitas ibu-ibu rumah tangganya sebagai pembentuk kualitas karakteranak
anak mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh luar biasa, “ibu rumah tangga adalah
profesi idaman” di Jepang. Bagaimana dg kita? share yukk kepada
teman-teman kamu yang wanita betapa bangga nya menjadi seorang wanita..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
source. https://www.facebook.com/FamilyGuideIndonesia/photos/a.10150234881225891.358582.202547135890/10152522171955891/?type=1 </div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-1945945637402829412014-07-04T06:43:00.005+07:002014-11-15T21:18:49.067+07:00Adab Pergaulan Lelaki-Perempuan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTmgDbmelxJfu02hqp1UEvc48uLRCVARitTZ18ens_V5KZoVDtb" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="216" src="https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTmgDbmelxJfu02hqp1UEvc48uLRCVARitTZ18ens_V5KZoVDtb" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sendiri</td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
Aku masih bingung tentang cara bergaul dengan perempuan, terkadang kebingungan itu membuatku menjadi menjauhi yang namanya perempuan. Suatu saat aku harus dihadapkan dengan kerja kelompok yang kesemua anggotanya perempuan. Hmm, semoga tak menjadi tambahan dosa dosaku yang sudah banyak, setelah mencari dan browsing, saya sedikit menemukan penjelasan dan pencerahan dari blog KMFH UGM, http://kmfh.hukum.ugm.ac.id/?p=150 dan ini penjelasannya.... </div>
<blockquote class="tr_bq">
<blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<i>Lebih baik aku berjalan di belakang seekor singa daripada di belakang seorang wanita.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>-Umar bin Khattab ra.-</i></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kajian ini, ia menyampaikan bahwa
hal yang dilarang Allah untuk manusia kerjakan, karena akan memicu
timbulnya kemaksiatan dan perbutan dosa lainnya, adalah <i>ikhtilat</i> dan <i>khalwat</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Ikhtilat</i> secara bahasa berarti
“menjadi bercampur”, yakni berupa suatu kondisi dimana terjadi
percampuran antara laki-laki dan perempuan yang mengakibatkan timbulnya
hawa nafsu. Jika nafsu itu lahir, maka interaksi tersebut diharamkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Macam-macam <i>Ikhtilat</i></b><br />
<i>Ikhtilat</i> memiliki beberapa bentuk. Salah satunya adalah <i>Ikhtilat Lamsi</i>, yang berarti ikhtilat yang berbentuk sentuhan. <i>Ikhtilat </i>jenis
ini biasa terjadi antara laki-laki dengan perempuan yang sebaya.
Biasanya, sentuhan yang terjadi menimbulkan rasa tertentu. Hal ini tidak
dapat diremehkan, karena jika seseorang, utamanya lelaki, terbiasa
melakukan persentuhan, suatu saat ia akan cenderung menganggap biasa
perbuatan pelecehan seksual.</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Mengenai berjabat tangan antara
laki-laki dan perempuan, para ulama memiliki pandangan berbeda. Pendapat
yang kesatu mengharamkan berjabat tangan antar gender dalam kondisi
apapun. Pendapat yang lebih moderat menyatakan bahwa bersalaman boleh
dilakukan jika tidak menimbulkan hawa nafsu, misalnya bersalaman dengan
orang tua.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jenis <i>ikhtilat </i>yang kedua adalah <i>Ikhtilat Madhari</i>,
yakni melihat lawan jenis yang dalam prosesnya dapat menimbulkan hawa
nafsu dalam diri. Hal ini cukup pelik, karena pada zaman ini, <i>Ikhtilat Madhari</i> dapat terjadi secara langsung (bertatap muka) maupun tidak langsung (menggunakan perangkat teknologi, misalnya <i>Skype</i>).
Padahal, Umar bin Khattab pernah berkata, “lebih baik aku berjalan di
belakang singa daripada berjalan di belakang wanita”. Artinya, menatap
wanita itu dapat menimbulkan ekses yang cukup berbahaya. Mengenai hal
ini, Mas Huda memberikan alternatif. Cara melihat wanita adalah dengan
prinsip <i>seeing but not</i> looking.</div>
<div style="text-align: justify;">
Firman Allah dalam Al Quran:</div>
<div style="text-align: justify;">
<img alt="" class="alignnone" src="http://alquran.babinrohis.esdm.go.id/images/24/24_30.png" height="87" title="24: 30" width="495" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Katakanlah kepada orang laki-laki
yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. </i><b>{QS. An Nur: 30}<br />
</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang ketiga, <i>Ikhtilat Sama’i</i>
yang bersifat ‘dari pendengaran’. Ikhtilat ini terjadi bila suara atau
ucapan lawan jenis, dalam hal ini wanita, menimbulkan hawa nafsu bagi
lelaki yang mendengarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ikhtilat yang terakhir adalah <i>Ikhtilat Zhonni</i> (bersifat prasangka). Membayangkan lawan jenis hingga menimbulkan hawa nafsu merupakan perwujudan dari <i>ikhtilat</i> jenis ini. Prasangka merupakan sumber yang dapat menimbulkan kemanfaatan maupun kerugian, sehingga harus dijaga dengan baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada kisah menarik mengenai urgensi mencegah <i>Ikhtilat Zhonni</i>.
Di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, ada seorang pemuda yang banyak
wanita tertarik kepadanya dan terus membicarakannya. Melihat fakta
tersebut, Umar bin Khattab menggunduli si pemuda dengan tujuan agar para
wanita menjadi tidak tertarik lagi kepada pemuda tersebut. Namun,
kenyataan berkehendak lain dan usaha Umar bin Khattab belum berhasil,
hingga beliau mengambil cara lain, yaitu menempatkan pemuda tersebut di
barisan paling depan saat berperang, sehingga ia meninggal dalam perang
tersebut dan wanita tidak lagi memuja-mujanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perbuatan lain yang dilarang dalam pergaulan antara lelaki dengan perempuan adalah <i>khalwat.</i> Secara bahasa, khalwat berasal dari kata “<i>khala</i>”
yang berarti kosong. Secara terminologis berarti kondisi dimana
terdapat dua orang lawan jenis di dalam suatu tempat tanpa ada pihak
ketiga yang kuat (yang dapat mencegah jika terjadi sesuatu). Batasan
mengenai tempat tersebut adalah tempat yang masih dimungkinkan oleh
orang lain untuk melihat dan mencegah perbuatan maksiat yang mungkin
terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dasar hukum proses interaksi lawan jenis
adalah mubah, yakni tidak mendapatkan pahala ataupin dosa apabila
dilakukan. Namun, proses interaksi tersebut dapat dikatakan haram
apabila terdapat madharat yang dapat menimbulkan dosa. Oleh karena itu,
sebagai muslim, kita harus memahami dan mengamalkan konsep adab
perergaulan antara lelaki dengan perempuan dalam perspektif Islam,
supaya interaksi lelaki-perempuan/<i>ikhwan-akhwat</i> dapat berlangsung efektif tanpa harus terjerumus ke dalam ke-<i>mudharat</i>-an.</div>
<div style="text-align: justify;">
(/febri, /nif) Rangdevu KMFH</div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-34212518583445375912014-04-01T22:03:00.003+07:002014-04-01T22:03:46.217+07:00Pentingnya berjilbab bagi wanita muslim<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQoaTUNVS0IyY0dqYax4jJLpFD2eqlrSk7N7bZoHygY_OovKqlUYg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQoaTUNVS0IyY0dqYax4jJLpFD2eqlrSk7N7bZoHygY_OovKqlUYg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Jika engkau berjilbab dan ada yang mempermasalahkan akhlakmu,
katakan kepada mereka bahwa antara jilbab dan akhlak adalah dua hal yang
berbeda. Berjilbab adalah murni perintah Allah; wajib untuk wanita
muslim yang telah baligh tanpa memandang akhlaknya baik atau buruk. Di
lain hal, akhlak adalah budi pekerti yang bergantung pada pribadi
masing-masing. Jika seorang wanita berjilbab melakukan dosa atau
pelanggaran, itu bukan karena jilbabnya, melainkan karena akhlaknya.
Yang berjilbab belum tentu berakhlak mulia, tapi yang berakhlak mulia
pasti berjilbab.”</i>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah SWT dalam Al Qur’an Surat an-Nur ayat 31 telah berfirman, yang artinya:</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman:</i><i> </i><i>“</i><i>Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya…”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam firman di atas, telah jelas bahwasanya Allah telah
memerintahkan kaum wanita untuk mengenakan jilbab atau hijab. Maka sudah
selayaknya kaum wanita taat kepada perintah Allah SWT salah satunya
dengan mengenakan hijab atau jilbab yang sesuai dengan aturan Islam.</div>
<a name='more'></a><em></em><br />
<div style="text-align: justify;">
<b>Keutamaan Mengenakan Jilbab atau Hijab</b><em></em></div>
<div style="text-align: justify;">
Jilbab telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan bagi umat
Islam, baik dari segi nilai religius maupun fungsi sebagai penutup aurat
bagi Muslimah. Adapun keutamaan dalam mengenakan jilbab terdapat dalam
firman Allah SWT surat Al Ahzab ayat 59 (yang artinya): <em></em></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu,
dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya firman di atas merupakan bukti bahwa dalam hukum Islam,
perempuan sangatlah mendapatkan perhatian. Adanya perintah bagi
perempuan untuk mengenakan jilbab bukanlah untuk mengekang kebebasan
akan tetapi sebagai pelindung agar tidak tergelincir pada lumpur
kemaksiatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Mewaspadai Fashion Era Globalisasi</b><em></em></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam era yang seolah membuat dunia tanpa sekat ini, umat Islam perlu
waspada akan maraknya fashion yang jauh dari nilai-nilai Islami. Banyak
wanita muslim yang terjebak dalam arus modernisasi. Berbagai fashion
yang jauh dari unsur Islami banyak ditawarkan kepada umat Islam. Mulai
dari mode pakaian yang terbuka menampakkan perhiasannya, lalu mode
busana yang sangat menerawang sampai kepada mode busana sempit yang
menonjolkan sex appeal-nya. Kini banyak yang mengenakan jilbab bukan
sekadar mematuhi perintah agama akan tetapi jilbab juga menjadi unsur
gaya, modis, elegan, dan tampak vulgar serta seksi. Padahal sudah jelas
bagaimana hukum Islam mengatur busana atau pakaian yang selayaknya
dipakai oleh kaum wanita. Di sisi lain, hal ini telah dikabarkan
sebelumnya oleh Rasulullah SAW dari Abu Hurairah RA, beliau bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku
lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk
memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang,
berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita
seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya,
walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” </i>(HR. Muslim no. 2128)</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Berjilbab atau Berhijab yang Baik dan Benar </b></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Niat berjilbab hanya karena Allah SWT.</li>
<li><span style="line-height: 1.5em;">Jilbab atau hijab yang baik adalah
yang dapat menutup aurat wanita secara sempurna. Adapun yang termasuk
aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.</span></li>
<li><span style="line-height: 1.5em;">Memakai jilbab atau hijab yang tidak transparan.</span></li>
<li><span style="line-height: 1.5em;">Memakai jilbab atau hijab yang longgar dan tidak menampakkan bentuk tubuh</span></li>
<li><span style="line-height: 1.5em;">Menghindari pemakaian model jilbab kepala yang menyerupai punuk unta</span></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Dari uraian di atas, nampaknya sudah jelas bagaimana pentingnya
berjilbab bagi wanita muslim. Berjilbab merupakan kewajiban yang telah
Allah tetapkan untuk wanita muslim yang telah baligh. Maka sudah
sepatutnya wanita muslim mengenakan jilbab yang sesuai dengan aturan
Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berjilbab sejatinya adalah bentuk ketaatan wanita muslim kepada Allah SWT.</div>
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: justify; text-decoration: none;">
<br />Sumber: <a href="http://www.dakwatuna.com/2014/02/20/46555/pentingnya-berjilbab-bagi-wanita-muslim/#ixzz2xeB5O0vp" style="color: #003399;">http://www.dakwatuna.com/2014/02/20/46555/pentingnya-berjilbab-bagi-wanita-muslim/#ixzz2xeB5O0vp</a>
</div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-79000557863736624402014-04-01T20:13:00.001+07:002014-04-01T20:14:16.373+07:00Kiat berteman tanpa konflik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Penulis: Ummu Fathimah Umi Farikhah</div>
<div style="text-align: justify;">
Muroja’ah: Ust. Sa’id Yai Ardiansyah, Lc</div>
<div style="text-align: justify;">
Hidup bermasyarakat memang sudah menjadi keharusan bagi siapa saja
yang hidup di dunia ini. Adakah orang yang bisa hidup sendiri tanpa
orang lain? Tentu saja tidak ada. Berbagai macam manusia dengan aneka
karakter membuat kita harus bisa menempatkan diri dengan baik.
Rasulullah <i>shallallahu’alaihi wasallam</i> sebagai teladan ummatnya memilik akhlak yang paling luhur. Beliau <i>shallallahu’alaihi wasallam</i>
mengajari kita bagaimana cara berinteraksi dengan sesama muslim bahkan
dengan orang kafir sekalipun. Hal ini sebagamana diterangkan dalam
firman Allah Ta’ala, yang artinya,</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Sungguh Engkau (Muhammad), seorang yang berbudi pekerti luhur.”</i> (Qs. Al Qolam: 4)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan Allah Ta’ala juga berfirman, yang artinya,<i> “Sungguh telah ada
pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi
orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang
banyak mengingat Allah.”</i> (QS. Al-Ahzab: 21)</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-472"></span><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wahai saudariku, semoga Allah Ta’ala merahmatiku dan dirimu. Marilah kita simak apa yang Rasulullah <i>shallallahu’alaihi wasallam</i>
jelaskan berikut ini dengan pendengaran kita. Dan marilah kita
perhatikan apa yang beliau ajarkan kepada kita dengan penglihatan dan
mata hati kita. Dengan mata, telinga dan hati seseorang mampu mengambil
pelajaran, sehingga apa yang kita simak tersebut bisa menghujam dan
tertanam dalam-dalam dalam hati, biidznillahi Ta’ala.</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya,<i> “Sesungguhnya yang pada
demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai
hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.</i>” (Qs. Qaf: 37)</div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara kiat berinteraksi dengan sesama muslim yang diajarkan oleh Rasulullah <i>shallallahu’alaihi wasallam</i> adalah:</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Memperlakukan Orang Lain Sebagaimana Ia Menyukai Hal Tersebut Diperlakukan untuk Dirinya</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi <i>shallallahu’alaihi wasallam</i> bersabda,<i> “Barangsiapa
yang ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
ketika maut menjemputnya hendaknya dia dalam keadaan beriman kepada
Allah dan hari akhir, memperlakukan orang lain sebagaimana pula dirinya
ingin diperlakukan demikian.”</i> ( HR. Muslim (1844) dan Nasa’I (4191)</div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Nawawi <i>rahimahullah</i> menjelaskan tentang hadits ini, “Hadits ini termasuk<i> jawami’ul kalim</i> (kata-kata yang singkat dan padat namun mengandung makna yang luas, – pen) yang ada pada diri Rasulullah <i>shallallahu’alaihi wasallam</i>,
termuat banyak hikmah di dalamnya. Ini adalah kaedah yang penting yang
seharusnya menjadi perhatian khusus. Hendaknya manusia mengharuskan
dirinya untuk tidak berbuat sesuatu kepada orang lain kecuali jika ia
menyukai hal tersebut diberlakukan untuk dirinya.” (<i>Syarh an-Nawawi ala Muslim</i>, asy-Syamilah).</div>
<div style="text-align: justify;">
Inilah prinsip pertama yang sengaja kami tempatkan diurutan teratas,
karena prinsip ini begitu agung dan mulia. Sungguh seandainya saja semua
manusia menerapkan prinsip ini tentu tidak ada lagi konflik yang
menerpa mereka. Karena mereka akan berpikir dan mempertimbangkan
terlebih dahulu sebelum bertindak. Dan berkata di dalam hati, ” Jika aku
berbuat demikian kepada saudaraku apakah aku juga rela jika dia berbuat
yang sama kepada diriku?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika kita tidak ingin dikhianati maka janganlah kita coba-coba
mengkhiananti orang lain. Jika kita tidak ingin ditipu maka janganlah
sekali-kali kita menipu orang lain, jika kita ingin orang lain tersenyum
kepada kita ketika bersua maka kita pun mengharuskan diri senyum kepada
orang lain, jika kita ingin orang lain menyapa dan ramah kepada kita
maka hendaknya kitapun mengharuskan diri kita untuk ramah kepada orang
lain dan seterusnya. Sehingga ia menjadi orang yang senantiasa
mempertimbangkan dengan matang apa yang akan ia perbuat kepada orang
lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kami yakin tidak ada manusia yang ingin diperlakukan buruk oleh orang
lain, sehingga dengan prinsip ini seharusnya tidak ada lagi pencuri,
penipu, perampok, pendusta, orang yang suka mengadu-domba, orang yang
suka iri dan dengki, orang yang suka membicarakan kejelekan orang lain,
dan lain-lain. Namun sayangnya kebanyakan manusia adalah makhluk yang
picik, mau menang sendiri, sehingga apa yang ia perbuat lebih banyak
merugikan orang lain daripada memberikan manfaat kepadanya, kecuali
orang yang dirahmati Allah. Semoga Allah senantiasa merahmati kita,
menjaga kita dan menjauhkan kita dari akhlak yang buruk. Amin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Berkata Baik atau Diam</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi <i>shallallahu’alaihi wasallam</i> bersabda, <i>” Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata baik atau diam.” </i>(HR. Muslim No. 222)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hadits ini Nabi <i>shallallahu’alaihi wasallam</i> mengaitkan
antara berkata baik dengan keimanan seseorang kepada Allah dan hari
akhir. Hal ini dikarenakan penjagaan terhadap lisan, mempergunakannya
untuk ucapan-ucapan yang baik dan diam untuk ucapan yang buruk adalah
salah satu tanda dari keimanan. Sesuatu yang paling berat bagi lisan
adalah menjaganya, sebagaimana hadits terkenal yang datang dari Mu’adz <i>radhiallahu’anhu</i>, ketika beliau bertanya kepada Nabi <i>shallallahu’alaihi wasallam</i>, “Ya Rasullullah apakah kami akan disiksa karena perkataan yang kami ucapkan? Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,<i>
“Celaka engkau wahai Mu’adz, bukankah manusia terlungkup diatas
hidungnya atau diatas wajahnya di neraka disebabkan perbuatan lisannya?”</i>[1].
Hal ini menunjukkan bahaya lidah tak bertulang, mudah mengucapkan kata
namun jika tidak digunakan dalam kebaikan bisa menjadi senjata makan
tuan.(<i>Syarh al Arba’in an Nawawiyah</i>, Syaikh Shalih Ibnu Abdil Aziz Alu Syaikh, hal. 90, Dar Jamil ar Rahman as Salafy, Jogjakarta).</div>
<div style="text-align: justify;">
Imam Syafi’i <i>rahimahullah</i> berkata, “Hadits di atas memberi
isyarat bahwa seseorang yang ingin berbicara sesuatu maka hendaknya dia
pikir-pikir dahulu. Jika terlihat tidak ada bahaya yang ditimbulkan maka
ia boleh berbicara, namun jika ada tanda-tanda bahaya atau dia
ragu-ragu maka sebaiknya dia diam. Ibnu Rajab <i>rahimahullah</i> berkata, ” Hadits ini memerintahkan untuk berbicara dalam hal yang baik-baik dan diam untuk hal yang buruk.” (<i>Qawaid wa Fawaid min al Arba’in an Nawawiyah</i>, Nadzim Muhammad Sulthan, hal 137&138, Dar al Hijrah)</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Ibnu Shalih al Utsaimin <i>rahimahullah</i> menjelaskan,
“Makna ‘berkata baik’ dalam hadits ini, mencakup berkata baik untuk
dirinya sendiri maupun berkata baik untuk orang lain. Berkata baik untuk
dirinya sendiri ketika seseorang berdzikir kepada Allah, bertasbih
kepada-Nya, memuji-Nya, termasuk juga membaca Al Qur’an, mengajarkan
ilmu , amar ma’ruf nahi munkar maka ini semua menjadi kebaikan untuknya.
Adapun berkata baik kepada orang lain itu berupa perkataan yang membuat
senang teman duduknya meskipun belum tentu baik untuk dirinya
sendiri”.(<i>Syarh al Arbain an Nawawiyah</i>, Syaikh Muhammad Ibnu Shalih al Utsaimin)</div>
<div style="text-align: justify;">
Saudariku! Semoga Allah senantiasa merahmatimu, berikut ini akan kami
sebutkan atsar dari para sahabat dan para tabi’in tentang kehati-hatian
mereka dalam menjaga lisan:</div>
<div style="text-align: justify;">
Abdullah bin Mas’ud <i>radhiallahu ‘anhu </i>berkata, “Demi Allah yang
tiada sesembahan yang berhak disembah selain Dia, tidak ada di atas
bumi ini yang lebih butuh untuk dipenjara lebih lama selain lisanku
ini.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau <i>radhiallahu ‘anhu </i> juga berkata, “Wahai lisan!
Katakanlah yang baik-baik niscaya engkau akan beruntung. Diamlah dari
kejelekan niscaya engkau akan selamat sebelum engkau menyesali
semuanya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Abu Darda’ <i>radhiallahu ‘anhu </i> berkata, “Tunaikanlah hak
kedua telingamu daripada hak mulutmu. Karena dijadikan untukmu dua
telinga dan satu mulut agar engkau lebih banyak mendengar daripada
berbicara.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Al Hasan Al Bashri berkata, “Para sahabat berkata, ‘Sesungguhnya
lisan seorang mukmin berada di belakang hatinya, jika dia ingin
berbicara sesuatu maka dia harus menimbang-nimbang dengan hatinya
kemudian baru dia putuskan (berbicara ataukah diam, pen). Adapun lisan
seorang munafik berada di depan hatinya, segala sesuatu dia putuskan
dengan lisannya tanpa sedikitpun menimbangnya dengan hatinya.” (<i>Tazkiyatunnufus</i>, Dr. Ahmad Farid, as Syamilah)</div>
<div style="text-align: justify;">
Lihatlah wahai saudariku! Betapa mereka sangat takut jika lisannya
terjerumus kelembah kesia-siaan apalagi kelembah dosa. Namun betapa
jauhnya diri kita dengan mereka, mulut kita ini sangat kotor dan penuh
dengan tipu daya, mudah berbicara dan tiada faedahnya, suka mengadudomba
dan mengumbar fitnah di mana-mana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ya Allah, perbaikilah amalan kami dan jauhkan mulut kami dari perbutan keji dan nista. Amin Ya Mujibassailin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Bermuka Manis Ketika Bertemu</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wasallam</i> bersabda, <i>“Janganlah
sekali-kali engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, meski hanya
dengan bermuka manis ketika bertemu dengan saudaramu.”</i> (HR. Muslim (2626), Ahmad (5/173) dan Ibnu Hibban (524))</div>
<div style="text-align: justify;">
Syaikh Ibnu Shalih al Utsaimin <i>rahimahullah</i> mengatakan,
“Bermuka manis mampu mendatangkan kebahagiaan kepada siapa saja yang
bersua denganmu termasuk mereka yang suka bermuka cemberut ketika
bertemu. Ia mampu menghadirkan rasa kasih sayang dan cinta dan membuat
hati menjadi lapang. Bahkan kelapangan hati itu tidak hanya pada dirimu
tapi juga orang yang yang bertemu denganmu. Namun jika engkau bermuka
muram dan merengut pastilah orang-orang akan lari darimu, mereka tidak
nyaman duduk bersanding denganmu, lebih-lebih untuk bercakap-cakap
denganmu (<i>Kitabul ‘Ilmi</i>, hal 184, Maktabah Nur al Huda).</div>
<div style="text-align: justify;">
Saudariku, inilah kemudahan dalam Islam. Allah Ta’ala memberi
kemudahan bagi hambanya untuk memperoleh pahala kebaikan. Sekecil apapun
kebaikan itu pasti Allah Ta’ala akan membalasnya dengan ganjaran bahkan
sampai berlipat ganda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saudariku! Apakah kita tidak mau mendapatkan pahala yang tak terduga
karena amalan yang tak seberapa? Marilah kita senyum kepada
saudari-saudarai kita, bermuka manislah ketika bertemu dengan mereka,
niscaya engkau akan merasakan manfaatnya. Coba bayangkan berapa kali
kita bertemu dengan saudara kita dalam sehari, seberapa sering kita
bermuka manis dengan mereka, sebanyak itupula pahala yang kita
dapatkan..</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun sungguh sangat merugi orang yang suka bermuka masam ketika
bertemu dengan saudaranya, betapa banyak pahala yang terluput darinya..</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Menebarkan salam</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wasallam</i> bersabda, <i>“Kalian tidak
akan masuk surga sampai kalian beriman dan kalian tidak akan beriman
hingga kalian saling mencintai. Maukah kuberitahukan sesuatu yang akan
membuat kalian saling mencintai?”</i> Mereka (para sahabat) menjawab, “Tentu wahai Rasulullah”. Beliau bersabda,<i> “Tebarkanlah salam di antara kalian.”</i> (HR. Muslim N0. 54 dan Bukhari dalam<i> Adabul Mufrad</i> No.980)</div>
<div style="text-align: justify;">
Saudariku! Marilah kita perhatikan penjelasan Imam Nawawi berikut ini,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Makna ‘Kalian tidak akan beriman sehingga kalian saling mencintai’
adalah tidak akan sempurna iman seseorang, tidak akan membaik kondisi
imannya hingga mereka saling mencintai.Adapun sabda Nabi <i>shallallahu’alaihi wasallam</i>
‘Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman’, bermakna
sebagaimana zhohir dan kemutlakannya. Bahwasanya tidak akan masuk surga
kecuali orang yang mati dalam keadaan beriman meskipun iman yang tidak
sempurna. Inilah zhohir yang ditunjukkan oleh hadits diatas.” Sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam ‘Tebarkanlah salam di antara kalian’,
hadits ini mengandung perintah yang agung untuk menebarkan salam kepada
kaum muslimin baik yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal (<i>Syarh an Nawawi ala Muslim</i>, as Syamilah).</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Berteman dengan Orang Shalih</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya,<i> “Dan bersabarlah kamu bersama-sama orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.”</i> (Qs. al-Kahfi: 28)</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah berfirman memberitakan penyesalan orang kafir pada hari Kiamat, yang artinya<i>,
“Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si
fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari
Al-Qur‘an ketika Al-Qur‘an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan
itu tidak mau menolong manusia.”</i> (Qs. al-Furqân: 28-29)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Abu Hurairah <i>radhiallahu’anhu</i>, bahwasanya Nabi<i> shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>bersabda,<i> “Seseorang tergantung agama temannya, maka hendaklah seorang di antara kalian melihat teman bergaulnya.”</i>[2]</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Abu Musa al-Asy’ari, Nabi<i> </i><i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>bersabda, <i>“Sesungguhnya,
perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi
dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka kamu kemungkinan dia
memberimu hadiah atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya;
dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau
engkau menemukan bau anyir.”</i> (HR. Bukhari No.2101 dan Muslim No.6653)</div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu besarnya pengaruh teman terhadap eratnya jalinan persaudaraan.
Teman yang shalih akan senantiasa menunaikan hak saudaranya, menjaga
kehormatan saudaranya, saling menyayangi diantara mereka, saling
menasehati dalam ketakwaan, tolong menolong dalam kebaikan dan saling
mencintai dan membeci karena Allah. Oleh karena itu wahai saudariku,
bertemanlah dengan orang shalih niscaya engkau akan beruntung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada kita untuk mengamalkan apa yang diajarkan oleh Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wasallam</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Allahu A’lam Bishshowab. Washalallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi washahbihi wattabi’in</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
[1] Diriwayatkan oleh at Tirmidziy (10/88,87), beliau berkata:
“Hadits ini hasan shahih” , Ibnu Majah (3973), Hakim (2/413) dan
dishahikan oleh al Albani.</div>
<div style="text-align: justify;">
[2] Shahih, diriwayatkan Imam Abu dawud dalam Sunan-nya (4833), at
Tirmidzy dalam Sunan-nya (2379) dan beliau berkata: “Hadits ini hasan”
dan Imam Ahmad dalam Musnad-nya (3/303,334).</div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Artikel <a class="broken_link" href="http://muslimah.or.id/aqidah/kiat-sukses-berteman-tanpa-konflik.htm">muslimah.or.id</a></div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-76800198803386652712014-04-01T20:11:00.004+07:002014-04-01T20:14:31.556+07:00Kiat-kiat menuntut ilmu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam kepada Rasulullah , keluarga dan sahabatnya, <i>amma ba’du</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia lebih mulia dari pada makhluk lain karena akal. Dengan akal,
manusia dapat bepikir untuk merenungi kebesaran-kebesaran Allah. Dengan
akal, manusia dapat mencari ilmu untuk bekal di dunia dan akhirat nanti.
Karena segala sesuatu yang manusia lakukan haruslah dengan ilmu. <i>Al’ilmu qablal qauli wal ‘amali </i>(ilmu sebelum perkataan dan perbuatan).</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa keutamaan menuntut ilmu, salah satunya yaitu Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.</div>
<div class="arab" style="text-align: justify;">
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ</div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalan menuju surga</i>.” (HR. Muslim)</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin terbesit dalam benak kita, bagaimana cara seseorang mendapat ilmu?</div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut ini adalah kiat-kiat mencari ilmu, agar ilmu yang di dapat diberkahi Allah</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Seorang yang menuntut ilmu harus mengikhlaskan niat karena Allah</b>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ilmu adalah landasan yang sangat penting. Hukum syari’at dibangun di
atas ilmu. Ilmu tidak diberkahi Allah jika dalam menuntut ilmu tersebut
tidak diniatkan untuk meraih ridha Allah. Barangsiapa yang menuntut ilmu
tanpa mengharap wajah Allah maka dia terncam tidak akan masuk surga.
Barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin derajatanya tinggi di
hadapan manusia tanpa mengharap wajah Allah, maka terancam dicampakkan
ke dalam neraka. <i>Wal iyadzu billah</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Hendaknya kita senantiasa bermujahadah (bersungguh-sungguh) dalam
menuntut ilmu dengan meluruskan niat, mengikhlaskan karena Allah. Apa
batasan orang bisa dikatakan ikhlas dalam menuntut ilmu? Imam Ahmad
menjelaskan bahwa batasan seseorang bisa dikatakan ikhlas dalam menuntut
ilmu yaitu niat dalam dirinya untuk menghilangkan kejahilan yang ada
pada dirinya. Setelah kejahilan/kebodohan hilang dari dirinya, dia
berusaha menghilangkan kejahilan orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Insyaallah</i> dengan niat seperti itu, Allah akan memberi taufiq untuk ikhlas dalam menuntut ilmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Seorang harus menjauhi kemaksiatan.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ilmu adalah cahaya dan cahaya tidak diberikan kepada orang yang
bermaksiat. Karena maksiat adalah kegelapan, orang yang bermaksiat
berarti memadamkan cahaya ilmu dalam dirinya. Kita bisa mengamil
pelajaran dari kisah Imam Syafi’i yang sudah hafal al qur’an sebelum
baligh, hafal ribuan hadits, ketika dia melihat anak laki-laki yang
tampan dengan pandangan tidak biasa hafalannya ada yang hilang
karenanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Barangasiapa yang ilmunya ingin diberkahi Allah maka jauhilah
maksiat. Karena maksiat merupakan penghalang antara kita dengan Allah.
Maksiat adalah penghalang antara kita dengan ilmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Imam As-Syafii menyampaikan nasihat kepada muridnya. “Akhi, kalian
tidak akan pernah mendapatkan ilmu kecuali dengan 6 perkara ini, akan
aku kabarkan kepadamu secara terperinci yaitu <i>dzakaa-un </i>(kecerdasan), <i>hirsun</i> (semangat), <i>ijtihaadun</i> (cita-cita yang tinggi), <i>bulghatun</i> (bekal), <i>mulazamatul ustadzi</i> (duduk dalam majelis bersama ustadz), <i>tuuluzzamani </i>(waktu yang panjang).”</div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut keterangan masing-masing:</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><b><i>Dzakaa-un</i> (keceerdasan).</b> Ulama membagi kecerdasan menjadi dua yaitu: yang pertama, <i>muhibatun minallah</i>
(kecerdasan yang diberikan oleh Allah). Seseorang meskipun dalam
majelis tidak mencatat tetapi dia bisa mengingat dan menghafalnya dengan
baik dan bisa menyampaikan kepada orang lain dengan baik. Jenis
kecerdasan ini harus diasah agar dapat bermanfaat lebih banyak untuk
dirinya dan orang lain. Yang kedua adalah kecerdasan yang didapat dengan
usaha (<i>muktasab</i>) misalnya dengan cara mencatat, mengulang materi yang diajarkan, berdiskusi dll.</li>
<li><b><i>Hirsun</i></b> yaitu perhatian dan semangat dengan apa yang disampaikan gurunya. Sekaligus berupaya mengulang pelajarannya.</li>
<li><b><i>Ijtihaadun</i></b>. Ulama menafsirkan ijtihaadun adalah <i>al himmatul ‘aliyah</i>
yaitu semangat atau cita-cita yang tinggi. Seseorang hendaknya memaksa
diri untuk mencari ilmu dengan semangat mewujudkan cita-cita demi
agamanya.</li>
<li><b><i>Bulghatun/dzat/bekal</i></b>. Dalam menuntut ilmu
tentu butuh bekal, tidak mungkin menuntut ilmu tanpa bekal. Contoh para
imam, Imam Malik menjual salah satu kayu penopang atap rumahnya untuk
menuntut ilmu. Imam Ahmad melakukan perjalanan jauh ke berbagai negara
untuk mencari ilmu. Beliau janji kepada Imam Syafi’i untuk bertemu di
Mesir akan tetapi beliau tidak bisa ke Mesir karena tidak ada bekal.
Seseorang untuk mendapat ilmu harus berkorban waktu, harta bahkan
terkadang nyawa.</li>
<li><b><i>Mulazamatul ustadzi</i>.</b> Seseorang harus duduk
dalam majelis ilmu bersama ustadz. Tidak menjadikan buku sebagai
satu-satunya guru. Dalam mempelajari sebuah buku kita mmbutuhkan
bimbingan guru. Hendaknya menggabungkan antara bermajelis ilmu dengan
guru, juga banyak membaca buku.</li>
<li><b><i>Tuuluz-zamani</i></b>, dalam menuntut ilmu butuh
waktu yang lama. Tidak mungkin didapatkan seorang da’i/ulama hanya
karena daurah beberapa bulan saja.Al-Baihaqi berkata:”Ilmu tidak akan
mungkin didapatkan kecuali dengan kita meluangkan waktu”
Al Qadhi iyadh ditanya: sampai kapan seseorang harus menuntut ilmu?
Beliau menjawab: ”Sampai ia meninggal dan ikut tertuang tempat tintanya
ke liang kubur.”</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Faidah kajian ustadz Abu Yasir @mushola teknogi fakultas Teknik UGM</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan beberapa kutipan dalam buku Bekal bagi Penuntut Ilu karya ‘Abdullah bin Shalfiq adh Dhafiri</div>
<div style="text-align: justify;">
Penyusun: Khusnul Rofiana</div>
<div style="text-align: justify;">
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits</div>
<div style="text-align: justify;">
sumber. muslimah.or.id </div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-36171631895945648532014-04-01T20:02:00.001+07:002014-04-01T20:14:48.764+07:00Tanda akhlak yang baik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Seseorang yang ingin menggapai jalan Ilahi bagi jiwanya, memungkinkan
baginya bermujahadah untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan keji dan
setiap kemaksiatan. Kemudian dia mengira bahwa akhlaknya sudah tertata,
lalu merasa cukup dengan usaha tadi. Tentu tidak demikian adanya. Akhlak
terpuji merupakan kumpulan sifat-sifat orang-orang yang beriman,
sebagaimana yang digambarkan Allah <i>Ta’ala</i> dalam firman-Nya yang artinya,</div>
<div class="arab" style="text-align: justify;">
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ
وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ
إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (٢)الَّذِينَ يُقِيمُونَ
الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣)أُولَئِكَ هُمُ
الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ
وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (٤)</div>
<div style="text-align: justify;">
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
pada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan
kepada Rabblah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan
shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan
kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan
ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia” (QS. Al-Anfal: 2-4)</div>
<div style="text-align: justify;">
Allah <i>Ta’ala </i>berfirman,</div>
<div class="arab" style="text-align: justify;">
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (١)الَّذِينَ هُمْ فِي
صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ (٢)وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
(٣)وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (٤)وَالَّذِينَ هُمْ
لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (٥)إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (٦)فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ
ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (٧)وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ
وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (٨)وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ
يُحَافِظُونَ (٩)أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (١٠)الَّذِينَ يَرِثُونَ
الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (١١)</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan
orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang
mereka miliki, maka yang sesngguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
</i><i>Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang
memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
(yakni) surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya”</i> (QS. Al-Mukminun:1-11)</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan firman Allah <i>Ta’ala</i></div>
<div class="arab" style="text-align: justify;">
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا</div>
<div style="text-align: justify;">
<i> ”Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu
(adalah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan
apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata yang
baik “</i> (QS. Al-Furqan:63)</div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai akhir ayat ini. Barangsiapa yang kesulitan mengukur dirinya, maka hendaklah dia mengukurnya dengan ayat-ayat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Eksistensi seluruh sifat ini merupakan tanda akhlak yang baik,
sedangkan ketiadaannya merupakan tanda akhlak yang buruk. Adapun
sebagiannya tanpa sebagian yang lain menunjukkan keberadaan sebagian
sifat-sifat itu tanpa yang lain. Maka sibukkanlah dirimu dengan menjaga
sifat-sifat tersebut. Sedangkan sifat-sifat yang belum ada, maka harus
tetap terus diusahakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah<i> shallallahu ’alaihi wa sallam</i> telah menggambarkan
orang-orang yang beriman dengan sifat-sifat yang banyak. Beliau
mengisyaratkan sifat-sifat ini terhadap akhlak yang baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<blockquote>
Di dalam <i>Shahih Al-Bukhari</i> dan <i>Shahih Muslim</i>, hadist dari Anas bahwa Nabi <i>shallallahu ’alaihi wa sallam</i> bersabda <i>“Demi
yang diriku ada di Tangan-Nya, tidaklah seorang hamba itu disebut
beriman sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai
dirinya sendiri”</i></blockquote>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari kedua kitab shahih tersebut, dari hadist Abu Hurairah, dari Rasulullah <i>shallallahu ’alaihi wa sallam</i>, bahwasanya beliau bersabda : <i>“Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah dia menghormati
tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat,
hendaklah dia tidak menyakiti tetangganya, dan barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah mengatakan yang baik atau
hendaklah dia diam saja”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hadist lain: <i>“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka”</i> (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Trimidzi, dan Al-Hakim)</div>
<div style="text-align: justify;">
Diantara akhlak-akhlak yang baik lainnya adalah sabar menghadapi gangguan. Di dalam <i>Shahih Al-Bukhari</i> dan <i>Shahih Muslim</i> disebutkan bahwa seorang Arab Badui menarik mantel Rasulullah <i>shallallahu ’alaihi wa sallam</i>
hingga pinggiran mantel itu menimbulkan bekas di pundak beliau,
kemudian orang itu berkata: “Hai Muhammad, serahkanlah kepadaku dari
harta Allah yang ada padamu!” Beliau menengok ke arah orang itu sambil
tersenyum, lalu beliau memerintahkan agar permintaan orang tersebut
dipenuhi” (HR. Bukhari dan Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika kaumnya menyiksa beliau, maka beliau berdo’a : <i>“Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”</i> (HR. Bukhari dan Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika Uwais al-Qarni dilempari batu oleh anak-anak kecil, maka dia
berkata : “Wahai saudara-saudaraku, jika memang tidak ada pilihan yang
lain, maka bolehlah kalian melempari aku, tetapi dengan batu yang lebih
kecil, agar betisku tidak berdarah sehingga menghalangiku untuk
melaksanakan shalat”</div>
<div style="text-align: justify;">
Adalah Ibrahim bin Ardham keluar ke tengah lembah. Disana, dia
berjumpa dengan seorang prajurit perang. Kemudian dia bertanya :”
Dimanakah tempat yang baik?” Maka Ibrahim menunjuk ke arah kuburan.
Tentara itu langsung memukul Ibrahim karena geram. Namun, ketika ada
seseorang yang memberi tahu bahwa orang yang dipukulnya itu adalah
Ibrahim bin Adham, maka tentara tersebut memeluk tangan dan kaki
Ibrahim, karena menyesali perbuatannya. Ibrahim berkata: “Ketika
kepalaku dipukul, aku memohon surga kepada Allah untuk orang ini. Aku
tahu bahwa aku diberi pahala karena pukulannya. Aku tidak ingin
mendapatkan kebaikan karena orang itu, sedangkan dia mendapatkan akibat
yang buruk dariku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 1.5em;">Itulah ilustrasi jiwa-jiwa yang
rendah hati karena latihan. Akhlak mereka menjadi baik dan batinnya
tidak terkecoh. Walhasil, lahirlah keridhaan terhadap takdir.
Barangsiapa yang tidak menemukan sifat-sifat ini pada dirinya seperti
yang mereka miliki, maka dia harus terus-menerus berlatih, agar dia bisa
mencapainya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Diambil dari Buku <i>Menggapai Kebahagiaan Hidup Dunia dan Akhirat (</i>Terjemahan <i>Minhajul Qashidin) </i>karya Ibnu Qudamah al-Maqdisy dengan sedikit pengeditan dari redaksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Artikel Muslimah.Or.Id</div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-39584870371123549962014-04-01T19:54:00.002+07:002014-04-01T20:15:09.401+07:00Tanda tanda hati yang sehat dan hati yang sakit<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Tanda-tanda hati yang sehat</div>
<div style="text-align: justify;">
Hati yang sehat memiliki beberapa tanda yang dapat diketahui, di antaranya adalah:</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Hati yang sehat selalu mengutamakan hal yang bermanfaat</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Hati yang sehat lebih
mengutamakan hal bermanfaat daripada hal berbahaya.” Tanda-tanda hati
yang sehat adalah selalu mengutamakan yang bermanfaat seperti beriman
kepada Allah Ta’ala, belajar, dan menuntut ilmu syar’i, membaca dan
mentadabburi Al-Quran, membaca buku-buku yang bermanfaat, dan
sebagainya.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Mengutamakan akhirat daripada dunia</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Dan termasuk di antara
tanda-tanda hati yang sehat adalah berpindah dari dunia ini hingga
singgah di akhirat dan diam di dalamnya.” Orang yang hatinya sehat akan
mengutamakan akhirat daripada kehidupan dunia yang fana, tujuannya
adalah akhirat, dan ia menjadikan dunia ini sebagai tempat berlalu serta
mencari bekal untuk akhirat yang kekal. Orang yang hatinya sehat juga
akan selalu mempersiapkan diri dengan melakukan ketaatan dan mengerjakan
amal-amal shaleh dengan ikhlas karena Allah Ta’ala serta menjauh dari
larangan-larangan-Nya.</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Bertaubat kepada Allah dan menggantungkan hidupnya kepada-Nya</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Orang yang hatinya sehat akan menyadari dan meyakini bahwa tidak ada
kehidupan, kebahagiaan, kesenangan, dan kenikmatan melainkan dalam
beribadah hanya kepada Allah Ta’ala serta bertawakal kepada-Nya. Orang
yang hatinya sehat akan selalu menggantungkan hidupnya hanya kepada
Allah dan selalu bertaubat kepada-Nya.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Selalu ingat kepada Allah dan tidak bosan dalam beribadah kepada-Nya</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Orang-orang yang hatinya sehat akan selalu ingat kepada Allah Ta’ala.
Mereka meneladani pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Orang yang hatinya sehat akan selalu beribadah kepada Allah Ta’ala,
tidak pernah bosan dan selalu berdzikir kepada Allah dengan zikir dan
sesuai dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang
hatinya sakit hanya beribadah kepada Allah Ta’ala secara musiman,
sedangkan orang yang hatinya sehat akan selau beribadah kepada Allah
Ta’ala secara kontinyu dan terus-menerus meski sedikit.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Bersedih apabila terluput dari wirid, lebih sedih daripada kehilangan harta</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
“Wirid” secara bahasa artinya “juz”. Beberapa ulama salaf membagi
Al-Quran menjadi beberapa juz yang sama panjangnya. Mereka menamakannya
al-aurad (wirid). (<i>An-Nihayah fi Gharib Al-Hadits</i>, Ibnul Atsir, 5:173)</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perkembanganya, kata wirid digunakan untuk istilah yang lebih
umum, yaitu suatu amal ketaatan yang rutin dilakukan, seperti berzikir
setiap pagi dan petang, membaca Al-Quran, shalat malam, menuntut ilmu,
dan sebagainya. Orang yang hatinya sehat akan merasa sedih apabila
terluput dari wirid-wiridnya. Berbeda dengan orang yang hatinya sakit;
antara berdzikir sama saja, tidak ada perbedaan; tidak bersedih, dan
tidak menyesal. Bahkan orang yang hatinya sakit selalu membuang-buang
waktu, tidak banyak beramal, selalu bersantai, dan lalai dari zikir
kepada Allah Ta’ala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Tanda-tanda hati yang sakit</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Hati yang sakit juga memiliki beberapa tanda yang dapat diketahui dengannya, di antaranya adalah:</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Tidak mengenal Allah, tidak mencintai-Nya, tidak merindukan
perjumpaan dengan-Nya, dan tidak mau kembali ke jalan-Nya, serta lebih
suka mengikuti hawa nafsu</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Ia lebih suka mendahulukan kepentingan pribadi dan syahwatnya
daripada taat dan cinta kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,</div>
<div class="arab" style="text-align: justify;">
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً</div>
<div style="text-align: justify;">
”<i>Sudahkan engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?</i>” (Q.S. Al-Furqan: 43)</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak merasakan sakitnya hati dengan sebab luka-luka maksiat</div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti ungkapan pepatah, ”Luka tidak terasa sakit bagi orang mati.”
Hati yang sehat pasti merasa sakit dan tersiksa dengan perbuatan
maksiat. Hal itulah yang membuatnya tergerak untuk kembali bertaubat
kepada Rabb-nya. Allah Ta’ala berfirman,</div>
<div class="arab" style="text-align: justify;">
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَواْ إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِّنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya orang-orang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi
pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada
Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya).”
(Q.S. Al-A’raf: 201)</div>
<div style="text-align: justify;">
Adapun orang yang hatinya sakit, dia selalu mengikuti keburukan
dengan keburukan juga. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan, ”Itu
adalah dosa di atas dosa sehingga membuat hati menjadi buta, lalu mati.”
Sementara hati yang sehat selalu mengikuti keburukan dengan kebaikan
dan mengikuti dosa dengan taubat.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Tidak merasa sakit (tidak merasa tersiksa) dengan kebodohannya
(ketidaktahuannya) akan kebenaran. Berbeda dengan hati yang sehat, yang
akan merasa sakit dengan datang syubhat (ketidak-jelasan) pada dirinya</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Seorang ulama mengatakan, “Tidak ada dosa yang lebih buruk selain
kebodohan.” Imam Sahl pernah ditanya, “Wahai Abu Muhammad, apa yang
lebih buruk daripada kebodohan?” Ia menjawab, “Kebodohan akan kebodohan
(tidak tahu bahwa dirinya bodoh).” Lalu ada yang berkomentar, ”Dia
benar, karena hal itu menutup pintu ilmu secara total.”</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Hati yang sakit meninggalkan makanan yang bermanfaat dan memilih racun yang berbahaya</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Seperti keengganan sebagian besar orang untuk mendengarkan Al-Quran yang dikabarkan oleh Allah Ta’ala di dalam firman-Nya,</div>
<div class="arab" style="text-align: justify;">
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إَلاَّ خَسَاراً</div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Dan Kami turunkan dari Al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim
(Al-Quran itu) hanya akan menambah kerugian</i>.” (Q.S. Al-Isra’: 82)</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka lebih mendengarkan lagu-lagu yang menimbulkan kemunafikan di
dalam hati, membangkitkan birahi dan mengandung kekufuran kepada Allah
Ta’ala. Seseorang mengerjakan perbuatan maksiat karena kecintaannya pada
apa yang dibenci oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Keberanian berbuat
maksiat adalah buah dari pennyakit yang bersarang di dalam hati dan bisa
memperparah penyakit yang ada di dalam hati tersebut.</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Hati yang sakit cinta pada dunia, senang tinggal di dunia, tidak merasa asing di dunia, dan tidak merasa rindu kepada akhirat</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Allah Ta’ala berfirman,</div>
<div class="arab" style="text-align: justify;">
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا * وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى</div>
<div style="text-align: justify;">
“<i>Bahkan kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.</i>” (Q.S Al-A’laa: 16-17)</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia tidak pernah mengharapkan akhirat dan tidak berusaha untuk
menyiapkan bekal menuju ke sana. Ia sibuk dengan dunia dan waktunya
dihabiskan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan untuk hal-hal yang
haram.</div>
<div style="text-align: justify;">
–</div>
<div style="text-align: justify;">
Disarikan dari buku <i>Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam Tazkiyatun Nufus</i> (hlm. 79-100). Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Bogor: Pustaka At-Taqwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Disusun oleh: Dwi Pertiwi Ummu Maryam</div>
<div style="text-align: justify;">
Muroja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits</div>
<div style="text-align: justify;">
Artikel <a href="http://muslimah.or.id/" target="_blank" title="www.muslimah.or.id">www.muslimah.or.id</a></div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-51488635108434432722014-03-04T11:53:00.001+07:002014-03-04T11:53:44.143+07:00Empat racun hati<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Racun hati adalah hal hal yang dapat menyebabkan hati kita menjadi sakit, atau bahkan menjadi, jika hati kita sudah mati maka tiada lagi dapat merasakan iman dan takwa kepada Allah.<br />
<b>1. Banyak makan dan minum</b><br />
<div align="justify">
Nafsu perut adalah termasuk perusak yang amat
besar. Nafsu ini pula, yang menyebabkan Nabi Adam as dikeluarkan dari
Surga. Dari nafsu perut pula, muncul nafsu kemaluan dan kecenderungan
kepada harta benda. Yang akhirnya disusul dengan berbagai bencana yang
banyak. Semua ini berasal dari kebiasaan memenuhi tuntutan perut.</div>
<div align="justify">
Namun sebaliknya, sedikit makan itu akan membuat
hati lembut, menguatkan daya pikir, serta melemahkan hawa nafsu dan
sifat marah. Sedangkan banyak makan, akan mengakibatkan sebaliknya. </div>
<div align="justify">
Berikut ini beberpa hal mengenai makan dan minum yang perlu anda renungi :</div>
<br /><div align="justify">
<ol>
<li>Makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS Al-A'raf: 31)</li>
<li>Dari
Miqdam bin Ma'di Karib berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda,
Janganlah manusia memenuhi sebuah tempat yang lebih buruk dari perutnya.
Cukuplah bagi manusia beberapa suapa (tiga sampai sembilan), untuk
menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga untuk
makan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernafas. (HR.
Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, shahih)</li>
<li>Ibnu Abbas berkata,
"Allah menghalalkan makan dan minum, selama tidak berlebih-lebihan dan
tidak ada unsur kesombongan. Berlebihan dalam makan, dapat mengakibatkan
banyak hal buruk. Ia menggerakkan anggota tubuh untuk melakukan
maksiat, serta menjadikannya merasa berat untuk taat dan ibadah.
Cukuplah dua hal ini sebagai suatu keburukan."</li>
<li>Dari Utsman bin
Za'idah berkata, Sufyan Ats-Tsauri berkirim surat kepadaku : Apabila
engkau ingin badanmu sehat dan ringan tidurmu, maka sedikitkanlah
makanmu</li>
<li>'Aisyah meriwayatkan, sejak masuk Madinah, keluarga
Rasulullah belum pernah merasa kenyang oleh roti gandum selama tiga hari
berturut-turut, sampai beliau wafat. (HR.Bukhari dan Muslim)</li>
<li>Amir bin Qais berkata, Berhati-hatilah engkau dari banyak makan. Karena hal itu menyebabkan kerasnya hati.</li>
<li>Abu Sulaiman Ad-Darimi berkata, "Kunci dunia adalah kenyang, sedangkan kunci akhirat adalah lapar."</li>
<li>Al-Harits
bin Kaladah -salah seorang pakar kedokteran Arab pada masa lalu
berkata, "Menjaga diri dari makanan (melebihi yang diperlukan),
merupakan pangkal penyakit.Yang membunuh manusia dan membinasakan
binatang-binatang buas di dunia ini, ialah memasukkan makanan di atas
makanan sebelum selesai pencernaan.</li>
<li>Ibrahim bin Adham berkata,
"Barangsiapa memelihara perutnya, akan terpeliharalah diennya
(agamanya). Dan barangsiapa mampu menguasai rasa laparnya, akan memiliki
akhlak yang terpuji"</li>
</ol>
<br />Sesungguhnya, kemaksiatan kepada Allah itu jauh dari seorang yang lapar dan dekat dengan seorang yang kenyang.<br /><br /><b>2. Banyak bicara</b></div>
<div align="justify">
<div align="justify">
Barangsiapa melepaskan tali kendali lidahnya, maka
syetanpun akan memperdayanya dari segala penjuru, sehingga menggiringnya
menuju tepian jurang, kemudian menjatuhkannya sampai ke dasar.<br /><br />Hal
ini disebabkan karena lidah mempunyai pengaruh yang sangat besar.
Keimanan dan keka firan bisa tampak melalui lihad (syahadat). <a name='more'></a></div>
<br />Untuk itu mari kita perhatikan beberapa dalil berikut :<br /><br />1.
Dari Mu'adz, dari Rasulullah bersabda,"Dan tiadalah yang menelungkupkan
wajah atau batang hidung manusia ke dalam api neraka, melainkan karena
ulah lidahnya." (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim, shahih)<br /><br />2. Tiadalah suatu perkataan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS Qaf: 18).<br /><br />3.
Dari Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi berkata,aku bertanya, "Ya
Rasulullah, apakah yang paling anda takutkan terhadap diri saya?" Beliau
bersabda, "Ini." sambil memegang lidahnya. (HR. At Tirmidzi, Ibnu
Majah, Al Hakim dan Ad Darimi, shahih)<br /><br />4. Dari Uqbah bin Amir
berkata, "Ya Rasulullah, apakah keselamatan itu?" Beliau bersabda,
"Peliharalah lidahmu." (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Mubarak, shahih)<br /><br />5.
Beliau bersabda pula,Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia berkata yang baik atau diam. (HR. Bukhari dan Muslim)<br /><br />6.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya ia mendengar Rasulullah bersabda,
Sesungguhnya, seorang hamba berbicara dengan sebuah pembicaraan yang
jelas (ia anggap biasa); ternyata hal itu membuat ia tergelincir ke
dalam api neraka lebih jauh dari pada jarak timur dan barat. (HR.
Bukhari dan Muslim)<br /><br />7. Dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, Demi
Allah, tiada tuhan yang pantas disembah selain Dia. Tiada sesuatu pun
yang lebih pantas untuk dipenjara lebih lama,(kecuali) dari lidahku.
Beliau juga berkata,Wahai lidah, berkatalah yang baik, kamu akan
beruntung. Dan Diamlah dari yang buruk, (maka) kamu akan selamat,
sebelum kamu menyesal.<br /><br />8. Dari Abu Darda' berkata : "Berlakulah
adil terhadap dua telinga dari lidah. Dijadikan untuk anda dua telinga
dan satu lidah, supaya anda lebih banyak mendengar daripada berbicara."<br /><br />Setalh
kita mengeathui beberapa dalil diatas, sekarang marilah kita menjaga
lisan/lidah kita (termasuk tulisan dalam dunia maya/internet), karena
seringan ringannya bencana lidah yaitu berbicara tentang sesuatu yang
tidak berfaidah.</div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
<b>3.Banyak sembarang bergaul</b></div>
<div align="justify">
<div align="justify">
Ini merupakan penyakit berbahaya yang mengakibatkan
banyak keburukan. Ia dapat menghilangkan nikmat dan menebarkan
permusuhan. Ia juga menanamkan kedengkian yang dahsyat, serta
mengakibatkan kerugian dunia dan akhirat.<br /><br />Dalam bergaul,
hendaknya kita mengklasifikasikan (membagi) manusia menjadi dua
kelompok, yang baik dan buruk. Karena ketidakmampuan kita membedakan dua
kelompok ini, dapat membawa bencana. </div>
Berikut ini beberpa hal yang perlu anda renungi dalam memlih teman dalam pergaulan : <br /><ol>
<li>Dan
(ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya,
seraya berkata, "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama
Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan
fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari
Al-Qur'an, ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku." Dan adalah
syetan itu tidak mau menolong manusia. (Al-Furqan : 27 - 29)</li>
<li>Teman-teman
akrab para hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang bertaqwa. (Az-Zukhruf : 67)</li>
<li>Rasulullah
bersabda, "Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk, adalah
seperti penjual minyak wangi dan peniup api (pandai besi), adakalanya
memberi anda (minyak wangi), atau anda membeli darinya, atau anda
mendapat bau wangi darinya. Adapun peniup api (pandai besi), adakalanya
membakar pakaian anda, atau anda mendapatkan bau yang kurang sedap
darinya." (HR. Bukhari dan Muslim)</li>
<li>Rasulullah bersabda,
"Seseorang itu mengikuti agama sahabatnya. Maka, hendaklah kalian
memperhatikan siapa sahabat kalian." (Hadits hasan, diriwayatkan Ahmad,
Abu Dawud, At-Tirmidzi)</li>
<li>Rasulullah bersabda, "Janganlah anda
berteman melainkan dengan orang mukmin dan janganlah memakan makananmu,
kecuali orang bertaqwa." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Abu Dawud dengan
sanad yang hasan)</li>
<li>Berkata Umar bin Khathab,"Janganlah anda
berjalan bersama orang fajir (yang bergelimangan dalam dosa), karena dia
akan mengajarkan kepada anda perbuatan dosanya."</li>
</ol>
<br />Alangkah
bahagianya, apabila kita diberi rezki oleh Allah berupa teman yang
shalih.Teman yang selalu mengingatkan dan menasihati kita untuk tetap
istiqamah, sehingga kita selamat dari api neraka dan masuk ke dalam
surga. Itulah teman yang baik dan bermanfaat di dunia dan akhirat.<br /><br />Semoga
Allah senantiasa menyelamatkan hati kita dari segala racun dan
kotorannya, sehingga kita selalu bersih dan bersinar sampai berjumpa
denganNya. Amin, ya rabbal 'alamin.</div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
<b>4.Banyak memandang</b></div>
<div align="justify">
<div align="justify">
Yang dimaksud dengan banyak memandang, yaitu
melepaskan pandangan kepada sesuatu dengan sepenuh mata, dan memandang
kepada yang tidak halal untuk dipandang. </div>
<div align="justify">
Allah ber firman,<br /><br />Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluannya"; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat.Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan
pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah<br />mereka
menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka.
Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedada mereka, dan janganlah
menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, putera-putera
saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka,
atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak<br />mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.Dan
Janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan<br />yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung. (QS An-Nur: 30 - 31)<br /><br />Dari
Abu Hurairah, dari Rasulullah bersabda,"Telah ditetapkan kepada manusia
bagiannya dari perzinahan, ia pasti melakukan hal itu. Kedua mata,
zinanya ialah memandang. Kedua telinga, zinanya adalah mendengar. Lidah,
zinanya adalah berbicara, Tangan,zinanya adalah memukul (meraba). Kaki,
zinanya adalah melangkah. Hati, berkeinginan dan berangan-angan. Dan
yang membenarkan atau menggagalkan semua itu, adalah kemaluan. (HR.
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad)<br /><br />Dari Jarir berkata, Aku
bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tiba-tiba (tidak
sengaja). Beliau menjawab, "Alihkan pandanganmu." (HR. Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, dan Ahmad)<br /><br />Berlebihan memandang dengan mata,
menimbulkan anggapan indah terhadap apa yang dipandang dan mepertautkan
hati yang memandang kepadanya. Selanjutnya,terlahirlah berbagai
kerusakan dan bencana dalam hatinya, diantaranya:<br />1. Pandangan adalah anak panah beracun di antara anak panah Iblis<br />Barangsiapa
menundukkan pandangannya karena Allah, Dia akan memberikan kepadanya
kenikmatan dan kedamaian dalam hatinya, yang ia rasakan sampai bertemu
dengan-Nya.<br />2. Pandangan merupakan pintu masuk syetan<br />Sesungguhnya
masuknya syetan lewat jalan ini melebihi kecepatan aliran udara ke
ruang hampa. Syetan akan menjadikan wujud yang dipandang seakan-akan
indah,<br />menjadikannya sebagai berhala tautan hati. Kemudian mengobral
janji dan angan-angan. Lalu syetan menyalakan api syahwat, dan ia
lemparkan kayu bakar maksiat. Seseorang tidak mungkin melakukannya tanpa
ada gambaran wujud yang dipandangnya.<br />3. Pandangan menyibukkan hati,
menjadikannya lupa terhadap hal-hal yang bermanfaat baginya, dan
menjadi penghalang antara keduanya. Akhirnya urusannya pun menjadi
kacau. Dia menjadi selalu lalai dan mengakui<br />hawa nafsunya. Allah ber firman,<br />Dan
janganlah kamu taat kepada orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari
dzikir kepada Kami dan mengikuti hawa nafsunya serta urusannya
kacau-balau. (QS. Al-Kah : 28)<br /><br />Demikianlah, melepaskan pandangan secara bebas mengakibatkan tiga bencana ini.<br /><br />Para
dokter hati (ulama') bertutur,Antara mata dan hati ada kaitan yang
sangat erat. Bila mata telah rusak dan hancur, maka hatipun rusak dan
hancur. Hati seperti ini, ibarat tempat sampah yang berisikan segala
najis, kotoran dan sisa-sisa yang menjijikkan. Ia tidak layak dihuni
cinta dan ma'rifatullah, tidak akan merasa tenang dan damai bersama
Allah, dan tidak akan mau inabah (kembali) kepada Allah. Yang bersemayam
di dalamnya adalah yang berlawanan dengan semua itu.<br /><br />Membiarkan
pandangan lepas adalah maksiat kepada Allah dan dosa, sebagaimana
firmanNya pada Al-Qur'an surat An-Nur ayat 30 dan 31 yang telah
disebutkan.<br />Allah ber firman,<br />Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat, dan apa yang disembunyikan oleh hati. (QS Al-Mukmin: 19)<br /><br />Membiarkan pandangan lepas menyebabkan hati menjadi gelap, sebagaimana menahan pandangan menyebabkan hati bercahaya.<br /><br />Bila
hati telah bersinar, maka seluruh kebaikan dari segala penjuru akan
masuk ke dalamnya. Sebaliknya apabila hati telah gelap, maka berbagai
keburukan dan bencana akan masuk ke dalamnya, dari segala penjuru.<br />Seorang yang shalih berkata,<br /><br />Barangsiapa
mengisi lahirnya dengan mengikuti sunnah, mengisi batinnya dengan
muraqabah (merasa diawasi Allah), menjaga pandangannya dari yang
diharamkan, menjaga dirinya dari yang syubhat (belum jelas halal<br />haramnya), dan hanya memakan yang halal, rasatnya tidak akan meleset.</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
<br />Ref : Empat Racun Hati, Abdullah Shalih al Hadrami, vbaitullah.or.id
</div>
</div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-86303267712999027992014-01-28T07:45:00.002+07:002014-03-04T12:32:21.937+07:00Prinsip Hidup "Kajian memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Ustadz Didik Purwodarsono"<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Bismillahirrohmanirrohim...</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kehidupan ini, banyak pertanyaan-pertanyaan yang perlu kita kaji lagi, perlu kita tinjau lagi, mulai dari pertanyaan pertanyaan yang sederhana dan perlu kita rumuskan dengan baik dan tentunya sesuai dengan cara Nabi Muhammad agar tidak tersesat. Diantaranya adalah makna hidup, tujuan hidup, target hidup, jalan hidup, teladan hidup, pedoman hidup, fungsi hidup, tugas hidup, sarana hidup, teman hidup,lama hidup, gaya idupm pasangan hidup, sikap hidup, tahapan hidup dan ujian hidup.</div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak sekali bukan ? yang menjadi pertanyaan apakah kita sudah mengetahui jawabannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Hidup itu seharusnya "Selamat sehat nikmat terhormat dan sukses di akhhirat" </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Ustadz Didik Purwodarsono, ada 3 prinsip hidup yaitu</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Adil terhadap diri sendiri dan tidak "dhalimu linafsih"</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita harus adil teradap tubuh kita, dengan bagian perut kebawah dan dengan bagian perut keatas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagian perut kebawah untuk berkembang yaitu bagian perut untuk menampung makanan dan bagian bawahnya untuk berkembang biak, sedangkan bagian perut keatas merupakan leher dan kepala yang merupakan akal dan fikiran. Akal dan fikiran sebagai pemimpin untuk bagian perut kebawah dengan pertimbangan hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita harus adil terhadap kebutuhan perut dan juga kebutuhan hati. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Berbakti kepada orang tua</div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi Muhammad memerintahkan kita untuk berbakti kepada orang tua, karena ridhonya orang tua juga merupakan Ridhonya Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-color: initial; border-style: initial; border-width: 0px; color: #333333; font-family: Georgia,'Bitstream Charter',serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin: 0px 0px 24px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">َ</b><b style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">وَعَنْ
عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا-, عَنْ
اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا
اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ )</b><b style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"> </b><b style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-weight: bold; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ</b></div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-color: initial; border-style: initial; border-width: 0px; color: #333333; font-family: Georgia,'Bitstream Charter',serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin: 0px 0px 24px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<i style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-style: italic; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">“Dari
Abdullah Ibnu Amar al-’Ash Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu
‘alaihi wa Sallam bersabda: “Keridloan Allah tergantung kepada keridloan
orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.”
Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim.”</i></div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-color: initial; border-style: initial; border-width: 0px; color: #333333; font-family: Georgia,'Bitstream Charter',serif; font-size: 16px; line-height: 24px; margin: 0px 0px 24px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<i style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-style: italic; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"></span></i></div>
<div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-color: initial; border-style: initial; border-width: 0px; margin: 0px 0px 24px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<i style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-style: italic; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-style: italic; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">“Abu
Hurairoh juga meriwayatkan, bahwa ada seorang lelaki menghadap
Rasulullah SAW. Untuk menayakan siapakah orang yang lebih patut
dilakukan persahabatan dengan baik? Maka jawab Rasulullah SAW. Ibumu.
Kemudian ia pun bertanya lagi : lalu siapa lagi? Jawab beliau tetap :
Ibumu. Lalu ia bertanya lagi: Lalu siapa lagi: Maka kali ini jawab
beliau: Ayahmu”</i> ( HR. Bukhari dan Muslim – Riyadhush Shalihin 9/319 )</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-color: initial; border-style: initial; border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">3. Dua Amanah manusia</span></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-color: initial; border-style: initial; border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Amanah fungsi sebagai Abdullah </span></li>
<li><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-color: initial; border-style: initial; border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Amanah tugas sebagai khalifah </span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-color: initial; border-style: initial; border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Amanah fungsi sebagai abdullah artinya kita sebagai mahluk ciptaan Allah yang mempunyai kewajiban pokok sebagai hamba Allah swt, </span><span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-color: initial; border-style: initial; border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">dengan cara beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-color: initial; border-style: initial; border-width: 0px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Amanah tugas sebagai khalifah artinya kita mengamalkan tugas kepada masyarakat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-style: italic; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">Mungkin itu sedikit ringkasan dari kajian maulid Nabi Muhammad SAW di Kampus oleh Ustadz Didik Purwanto, </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-style: italic; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">Sebagai manusia saya tidak lepas dari kesalahan, dan kesempurnaan hanya milik Allah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; font-style: italic; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-12692197776900918052013-12-28T06:34:00.003+07:002014-01-17T22:15:31.975+07:00Waktu Yang Semakin Cepat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Waktu terasa begitu cepat, sekarang akan menjadi besok, besok akan menjadi sekarang. Bulan bulan dilalui begitu sangat cepatnya, tahun-tahun telah berlalu meninggalkanku. Aku bahkan tak sadar kini telah menjadi dewasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang, dunia ini terasa lebih cepat, lampu-lampu yang terang, mainan teknologi yang semakin canggih membuat diri ini seolah melupakan waktu yang tiada berkabar telah meninggalkanku. Tak disadari, hari ini telah berlalu, pagi ini telah menjadi sore, dan malam kembali pagi lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_w7qbjnwnjeWZhc12Duu6Ud357rkmp_b3dwNq4FUaQRRgp82Rx0S8nNqaiKqppDg4hvCYA34E1y6lwZN_a2xN4hzrEoIhvlsvR1680n4svESP2ZGIsZ4ERH4-hV7WzGaINOCjWD-okmAw/s1600/tintir_sejenis_lampu_minyak_by_saksakti-d3hqxkp.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_w7qbjnwnjeWZhc12Duu6Ud357rkmp_b3dwNq4FUaQRRgp82Rx0S8nNqaiKqppDg4hvCYA34E1y6lwZN_a2xN4hzrEoIhvlsvR1680n4svESP2ZGIsZ4ERH4-hV7WzGaINOCjWD-okmAw/s320/tintir_sejenis_lampu_minyak_by_saksakti-d3hqxkp.jpg" height="200" width="132" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Redupnya lampu minyak<br />
(kakikata.blogspot)</td></tr>
</tbody></table>
Ketika teringat kepada masa lampau, ketika belum ada cahaya yang terang dimalam hari, ketika aku masih bermain dengan sepeda kayuhhku, dengan truk mainan dari kayu, dan masih ceria tanpa beban pikiran, waktu terasa lama dan lambat bergerak. Hari hariku sama 24 jam namun terasa begitu lama diwaktu kecilku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika malam tiba, azan magrib tak terdengar keras karena di surau saat itu belum ada pengeras suara, yang terdengar hanyalah suara kikuk malam, suara burung yang menyambut malam dan suara dengung nyamuk yang mulai beraksi. Terlihat cahaya redup berwarna orange menyinari sudut kamarku, api itu muncul dari sebuah botol yang berisikan cairan minyak yang terbakar, asapnya hitam membumbung tinggi menghanguskan langit-langit sudut kamarku. Saat itu bergegas kami melaksanakan kewajiban, untuk menghadap kepadaNya dipimpin oleh ayahku. Aku yang kecil itu tampak itu mengikuti setiap gerakan meskipun aku belum mengerti gerakan apa yang tengah aku kerjakan saat itu. Selesai solat, kami langsung menuju ruang lain yang juga redup oleh sinar lampu minyak itu, menyantap makan seadanya. Dan kemudian bergegas menuju kamar, disana ada tempatku untuk belajar, didepan mataku sinar redup itu menyinari selembar buku yang aku baca, tampak terang<br />
<a name='more'></a> saat itu, mungkin karena mata itu telah terbiasa dengan cahaya redupnya. Lembar demi lembar, kata demi kata aku susuri dan waktu seolah berhenti dimeja belajarku, lama sekali waktu pukul 7 malam ini, "Mak, sudah isyak belum" tanyaku, gelisah. "masih jam 6.15" teruskan belajarmu, ujarnya. Waktu terasa sangat lama bagiku saat itu, sembari dalam hati berujar, cepatlah jam 7. Detik perdetik aku jalani, menit permenit aku lalui, detak jam dinding itu terdengar keras ditelingaku, seolah berputar sangat lambat. Rasa kantuk mulai merasuk padahal masih awal sekali, tak terasa mulutku terbuka spontan karena tak tahan menahan kantuk, suara dengung nyamuk masih terdengar mengelilingi tubuh kecilku, seolah sedang mengincar bagian yang paling empuk sebagai targetnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Lama sekali, dalam hatiku gelisah. Kapan adzan itu berkumandang? cepatlah.. semakin gelisah, karena buku yang aku baca tak terasa telah habis, asap-asap dari lampu minyak itu pun tak terasa ikut terhisap kedalam hidung mungilku. Terasa lama sekali aku menghabiskan malam itu, sehingga aku sampai tertidur di meja belajarku. Tiba-tiba, terasa tepukan dipundakku, "bangun nak, sudah jam 7 ayo isyaan dulu baru nanti tidur, nanti tak dongengi" kata bapakku, aku pun terkejut dan terbangun dengan rasa mata ini sulit sekali terbuka, seolah kantuk telah sangat kritis menyerang, sembari sempoyongan antara sadar dan tidak aku mengikuti langkah kedua orang tuaku, menuju sumur di samping rumah, Dengan lampu minyak yang dibawa ibu, kami berjalan, cukuplah untuk sekedar memberi cahaya. Bapak mulai menarik tali dari sumur, dan mengambil ember yang didalamnya berisi air, cukup seember untuk menyucikan satu orang. Brr.. dingin sekali malam itu, air itu membuat mataku kembali bersemangat menatap redupnya malam itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu begitu terasa lama sekali, menunggu waktu isya saja sampai ketiduran. Setelah selesai isya kami tidur dikamar yang berlantai kayu, udara sejuk masih terasa mengalir diantara papan lantai yang berlubang dirumah panggung jatah dari pemerintah. Masih seperti hari-hari yang lalu, bapak seolah tak bosan menceritakan kisah kancil dengan pak tani, aku hampur hapal dengan cerita itu. Waktu itu terasa sangat lama, dan mungkin lebih berarti dari sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang, lampu-lampu sudah sangat canggihnya, bersinar menyinari malam seperti siang, pancaran teknnolgi dimana mana sehingga waktu begitu terasa cepat. Aku menghabiskan pagiku, siangku untuk datang kesebuah pertemuan dimana aku mendengarkan dongeng dari para orang tua. Malam yang begitu terang dikamarku ku habiskan untuk menghadap kotak kecil yang bercahaya, tak ayal sangat cepat waktu itu berlalu, tak terasa sudah jam 9 malam, tak terasa sudah kembali pagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang salah dengan dunia ini, apakah waktu memang telah berubah, apakah 24 jam saat ini lebih cepat daripada 24 jam dulu, atau pandangan masa kecilku dulu saja yang membuat waktu itu terasa lama, Atau mungkin karena kecanggihan teknologi sehingga mereka memacu waktu untuk bergerak lebih cepat. Atau kah mungkin aku harus kembali ke masa lalu agar merasakan waktuku, hari ku yang lebih lama, kembali tanpa cahaya, kembali pada lampu yang redup itu, dan kembali tanpa alat-alat yang canggih ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, aku tetap tak bisa menghentikan waktu, aku tetap tidak bisa melawan waktu. Dan kini, yang aku bisa hanyalah menggunakannya dengan lebih baik, agar waktuku menjadi lebih berarti.</div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-1991366188727133992013-12-24T05:53:00.000+07:002013-12-24T05:53:01.738+07:00Sudah Fitrahnya Mencintai Dunia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
(QS. Ali Imron: 14)
<br />
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ<br />
<div style="text-align: left;">
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga)”.</div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-17673279247851265832013-12-12T23:50:00.001+07:002013-12-12T23:50:17.505+07:00Setelah mendung ada Pelangi <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
****<br />
"Kadang-kadang Allah sembunyikan matahari, Dia datangkan petir dan kilat, kita bertanya-tanya kemana hilangnya matahari, rupa-rupanya Allah memberi kita pelangi"<br />
****<br />
"Setiap masalah yang sedang kita alami adalah ujian dari Allah, agar kita bisa melihat dan menikmati keindahan dimasa depan, maka berbaik sangkalah"<br />
****</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-83268127927581683132013-12-11T14:48:00.001+07:002013-12-11T14:48:13.769+07:00Pendekar Sujiwo Caksono<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
**** <br />
<div style="text-align: justify;">
"Hei... Jiwo!!" suaranya lantang dari belakang memanggilku...</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku pun spontan menoleh ke arah datangnya suara itu dengan muka kaget penuh penasaran, "Ada apa, Ko? " Aku spontan menjawab, dia adalah joko tukiman seorang pengawal kerajaan yang juga sahabat karibku, aku bertemu dengannya ketika masih menjadi seorang pengintai di kerajaan ini. Dia adalah sahabat karibku dan sudah ku anggap sebagai saudara. </div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
"Ono opo koe melamun ae, (kenapa kamu melamun saja) itu kamu di panggil kanjeng pangeran" dengan muka serius dia berucap, "Apa? kenapa tidak bilang dari tadi kamu, ini bahaya kalau sampai kenapa-napa dengan aku " aku agak kesal. "Ya sudahlah aku pergi dulu Jok, thanks infonya" sambil berlari menuju halaman pendopo tempat pangeran yang juga tengah asyik menyaksikan pertarungan yang sedang berlangsung ini. Dengan langkah tergesa-gesa sembari mengatur nafas yang agak ngos-ngosan aku menghampiri pangeran Durata. "Ada apa gerangan paduka pangeran memanggil hamba ini kanjeng?" dengan suara yang lembut aku bertanya dan rasa penasaran masih bergejoak didalam pikiranku. "Ora ono opo-opo Santai wae, to .. reneo lungguh kene.. (tidak ada apa-apa, santai saja, sini duduk disini)". Aku pun mau tak mau mengikuti apa yang diperintahkan sang pangeran, " Itu lho Wo, aku ingin kamu menyampaikan salam ku kepada pendekar tersenyum itu, dia cukup lumayan juga, sudah berkali-kali dia terkena pukulan tepi masih bisa tersenyum, aku terkagum-kagum kepadanya".</div>
<div style="text-align: justify;">
**** bersambung lagi lah.....</div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-4489064528153531126.post-31150783986650705222013-12-10T08:08:00.002+07:002013-12-10T08:09:55.318+07:00Pendekar Sujiwo Caksono <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Pukulan demi pukulan menghantam ke dadanya, tendangan kuat itu hampir membuatnya tumbang, senyumannya tetap saja terpampang dimukanya meski terbujur jatuh kelantai berkali-kali, aku mengaguminya karena meski dalam keadaan sulitpun dia masih tetap tersenyum. Aku menduga dalam hatinya tersimpan amarah yang dalam, karena dia tersungkur oleh tendangan keras dari pesaingnya itu, tapi bagaimana bisa senyum khasnya masih terpajang dimuka manisnya itu.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih dalam suasana pertarungan dilatar yang cukup riuh diantara rimbunnya pepohonan itu, pertarungan itu memperebutkan hadiah dari sang raja, sang pendekar yang memenangkan pertarungan ini akan diangkat menjadi bangsawan kerajaan Klopoijo, sebuah kerajaan yang menggantungkan hasilnya dari perkebunan. Bermacam-macam tanaman buah tumbuh subur dan dikelola dengan baik oleh rakyat, tak heran jika didepan meja raja dan tamu kehormatan dari kerajaan lain yang diundang tersaji bermacam macam buah yang segar, hasil perikan kebun sendiri. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sang raja sangat bersemangat menikmati pertarungan ini, dia sepertinya mempunyai jagonya sendiri, dia adalah sang juara bertahan yang tengah bertarung melawan pendekar senyum. Dia semakin tegang ketika jagoannya itu tertendang mental, hingga beberapa jauhnya terkena tendangan tungkai dari pendekar senyum, mereka saling serang bergantian hingga sulit untuk menduganya, mereka sama-sama kuat, hanya tekad dan semangat juanglah yang akan membedakan hasilnya nanti.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku disini hanyalah seorang rakyat jelata yang tengah menyaksikan pertarungan ini dari keriuhan gerombolan rakyat jelata dibarisan penonton ekonomi rendah, memang pertarungan ini disajikan untuk semua kalangan oleh raja yang bijak, setiap lapisan masyarakat boleh menyaksikan dan berpartisipasi dalam pertarungan ini, bangsawan, rakyat, ataupun pendekar, mereka bisa mengikuti sayembara ini dengan satu syarat, keberanian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pertarungan masih berlangsung sangat ketat, tapi perhatianku tertuju pada tempat yang lain. Sebuah cahaya terang mnyilaukan itu datang diantara kumpulan rakyat jelata. Dia terlihat antusias dan seolah tidak menggubris kicauan riuh dari penonton menyemangati para petarung. Dia sepertinya aku kenal, dia seorang putri dari kerajaan Alasayu seberang kerajaan ini. Tak seorangpun dari mereka yang menyadarinya, dia bertudungkan kain yang menutupi sebagian wajahnya, dan didampingi oleh abdi dan pengawalnya yang berpakaian layaknya rakyat jelata. Dia menyamarkan rupanya dengan mengenakkan kain seadanya layaknya rakyat jelata, dia seprti hanyut terbawa dalam suasana meriahnya pertarungan itu. Dia adalah Putri Sekar Anindya, putri bungsu dari raja Barata dari kerajaan Alasayu. Sebuah kerajaan besar dengan ribuan sungai, aku pernah menjejakkan kaki dikerajaan itu saat itu aku dikirim oleh pangeran Durata untuk mengirimkan bingkisan dari kerajaan Klopoijo sebagai tanda perdamaian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku bisa melihat cahaya itu muncul dari senyumannya tanda kesucian dan kelembutan pesonanya, dalam kumpulan rakyat yang kusam itu aku seperti tampak bunga yang indah bersinar. Lekukan dari pipinya terlihat jelas saat tersenyum, kulitnya putih halus dan licin mungkin jika semut ingin menggigitnya pasti dia terpleset karena kelembutan kulitnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tersadar, dan masih tak bisa berfikir, bagaimana bisa seorang putri jauh-jauh pergi ke negeri ini hanya untuk melihat sebuah pertarungan yang tidak terlalu penting bagi negaranya itu. Namun aku masih menduga-duga dalam hatiku "pasti ada udang dibalik batu, tak mungkin dia kesini tanpa ada tujuan tertentu" tiba-tiba seseorang memukul pundakku mengagetkan lamunanku . . . . . "Hei... Jiwo!!" suaranya lantang dari belakang memanggilku...</div>
<div style="text-align: justify;">
bersambung . . . . ..</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Habibiehttp://www.blogger.com/profile/13561514590256929521noreply@blogger.com