Sabtu, 07 Desember 2013

8:20 PM -

Kain Panggung Sandiwara

Aku seperti sedang melihat badut, berkostum warna-warni berjalan dengan indah dan memasang berbagai rupa, dalam pikirku aku membayangkannya. Mereka melintas mondar mandir disekitarku, dengan berbagai gaya dan cara mereka berjalan dan berbicara. Setiap hari mereka berganti warna, menampilkan keindahan berbusana dalam balutan kain warna-warni.
Kadang, aku iri dengan badut-badut itu, aku hanya berkulitkan kain yang lusuh dan kupakai berhari-hari terkadang tak sempat aku mencucinya. Sudah bertahun-tahun kupakai baju ini, dan masih tetap seperti ini. Tetapi mereka seolah berganti jubah setiap hari dengan berbagai warna yang mencerminkan keindahan. Namun, aku tersadar bahwa harus segera menghilangkan iriku pada mereka, karena nanti juga aku hanya akan berbalutkan kain putih selembar.
Satu, dua, tiga, banyak sekali, ternyata dunia pendidikan itu berkostumkan layaknya panggung aksi drama sandiwara, dengan berpoleskan keindahan. Tapi pandanganku itu terlalu mahal, ya sebenarnya dalam hati aku ingini kain yang seperti itu tetapi apalah daya kertasku tak sampai sebanyak itu untuk ku tukarkan dengan kain itu. Membayangkan jerih payah orang tua untuk menghidupiku saja sudah begitu menyurutkan hati untuk menghabiskan sisa kiriman kepada hal itu. Terlalu banyak kain juga tak bagus untuk ku berpindah tempat nantinya, this place only few time, aku berdiri ditempat ini hanya sementara saja.
Dunia pendidikan yang mahal, selain harus membayar biaya belajar ternyata untuk hal-hal yang lain lain juga tidak murah. Tidak terlalu penting sih, tapi begitu mudahnya ya, setiap waktu, setiap perkumpulan dengan berbalutkan kain yang berbeda. Terkesan mewah memang, iya itu pandanganku, terlebih lagi Tuhanpun telah mengingatkan kepada kita agar jangan berlebih-lebihan dan bermegah-megahan didunia ini. Ya, seperti itulah, sembari mengelus dada, aku berdoa, Ya Tuhan jadikan aku orang biasa yang pandai bersyukur kepadaMu, astaghfirullah..