|
Jalanan berdebu |
****
Jalanan berdebu itu
menghiasi halaman rumah kami, sebuah warung kecil yang menjual beraneka macam
kebutuhan rumah tangga. Tampak lalu lalang Truk truk hijau besar membawa kernel
melewati jalanan merah itu, sesak dan berdebu namun aku kagum dengan
kegagahannya “wah nanti kalau sudah besar aku ingin jadi sopir Truk Fuso itu”
Dalam hatiku berjanji yakin.
Aku bermain asyik
dengan kawanku, memainkan truk truk mainan kami. Balok kayu potongan itu kami
rangkai membentuk truk dengan kepala dan bak, dengan tenaga tali yang terkait
di paku tepat didepan truk. Meski tanpa roda, truk kami mampu memuat pasir dan
tanah, kami bersandiwara laksana kontraktor yang tengah membangun jalanan
berdebu, ada eksavator yang mengisi tanah diatas truk kami, Eksavator raksasa
berupa cangkul dengan gagang kayu belian yang kokoh itu begitu berat untuk anak
seusia kami. “Duh, capeknya, Istirahat dulu ah” keluh kawanku, tampak keringat
mengalir dari tubuhnya yang kuning bersih khas anak melayu. Dan kami pun
beristirahat sejenak sembari melihat pemandangan lapangan di seberang jalan
yang penuh dengan bunga bunga ilalang yang berterbangan tertiup angin.