8:02 PM -
religi
Tanda akhlak yang baik
Seseorang yang ingin menggapai jalan Ilahi bagi jiwanya, memungkinkan
baginya bermujahadah untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan keji dan
setiap kemaksiatan. Kemudian dia mengira bahwa akhlaknya sudah tertata,
lalu merasa cukup dengan usaha tadi. Tentu tidak demikian adanya. Akhlak
terpuji merupakan kumpulan sifat-sifat orang-orang yang beriman,
sebagaimana yang digambarkan Allah Ta’ala dalam firman-Nya yang artinya,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ
وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ
إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (٢)الَّذِينَ يُقِيمُونَ
الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣)أُولَئِكَ هُمُ
الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ
وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (٤)
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
pada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan
kepada Rabblah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan
shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan
kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan
ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia” (QS. Al-Anfal: 2-4)
Allah Ta’ala berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (١)الَّذِينَ هُمْ فِي
صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ (٢)وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
(٣)وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (٤)وَالَّذِينَ هُمْ
لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (٥)إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ
أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ (٦)فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ
ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (٧)وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ
وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (٨)وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ
يُحَافِظُونَ (٩)أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (١٠)الَّذِينَ يَرِثُونَ
الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (١١)
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan
orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang
mereka miliki, maka yang sesngguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang
memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
(yakni) surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-Mukminun:1-11)
Dan firman Allah Ta’ala
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا
”Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu
(adalah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan
apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata yang
baik “ (QS. Al-Furqan:63)
Sampai akhir ayat ini. Barangsiapa yang kesulitan mengukur dirinya, maka hendaklah dia mengukurnya dengan ayat-ayat ini.
Eksistensi seluruh sifat ini merupakan tanda akhlak yang baik,
sedangkan ketiadaannya merupakan tanda akhlak yang buruk. Adapun
sebagiannya tanpa sebagian yang lain menunjukkan keberadaan sebagian
sifat-sifat itu tanpa yang lain. Maka sibukkanlah dirimu dengan menjaga
sifat-sifat tersebut. Sedangkan sifat-sifat yang belum ada, maka harus
tetap terus diusahakan.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam telah menggambarkan
orang-orang yang beriman dengan sifat-sifat yang banyak. Beliau
mengisyaratkan sifat-sifat ini terhadap akhlak yang baik.
Di dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, hadist dari Anas bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda “Demi yang diriku ada di Tangan-Nya, tidaklah seorang hamba itu disebut beriman sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”
Dari kedua kitab shahih tersebut, dari hadist Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda : “Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah dia menghormati
tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhirat,
hendaklah dia tidak menyakiti tetangganya, dan barangsiapa beriman
kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah mengatakan yang baik atau
hendaklah dia diam saja”
Dalam hadist lain: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Trimidzi, dan Al-Hakim)
Diantara akhlak-akhlak yang baik lainnya adalah sabar menghadapi gangguan. Di dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa seorang Arab Badui menarik mantel Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
hingga pinggiran mantel itu menimbulkan bekas di pundak beliau,
kemudian orang itu berkata: “Hai Muhammad, serahkanlah kepadaku dari
harta Allah yang ada padamu!” Beliau menengok ke arah orang itu sambil
tersenyum, lalu beliau memerintahkan agar permintaan orang tersebut
dipenuhi” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika kaumnya menyiksa beliau, maka beliau berdo’a : “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika Uwais al-Qarni dilempari batu oleh anak-anak kecil, maka dia
berkata : “Wahai saudara-saudaraku, jika memang tidak ada pilihan yang
lain, maka bolehlah kalian melempari aku, tetapi dengan batu yang lebih
kecil, agar betisku tidak berdarah sehingga menghalangiku untuk
melaksanakan shalat”
Adalah Ibrahim bin Ardham keluar ke tengah lembah. Disana, dia
berjumpa dengan seorang prajurit perang. Kemudian dia bertanya :”
Dimanakah tempat yang baik?” Maka Ibrahim menunjuk ke arah kuburan.
Tentara itu langsung memukul Ibrahim karena geram. Namun, ketika ada
seseorang yang memberi tahu bahwa orang yang dipukulnya itu adalah
Ibrahim bin Adham, maka tentara tersebut memeluk tangan dan kaki
Ibrahim, karena menyesali perbuatannya. Ibrahim berkata: “Ketika
kepalaku dipukul, aku memohon surga kepada Allah untuk orang ini. Aku
tahu bahwa aku diberi pahala karena pukulannya. Aku tidak ingin
mendapatkan kebaikan karena orang itu, sedangkan dia mendapatkan akibat
yang buruk dariku.”
Itulah ilustrasi jiwa-jiwa yang
rendah hati karena latihan. Akhlak mereka menjadi baik dan batinnya
tidak terkecoh. Walhasil, lahirlah keridhaan terhadap takdir.
Barangsiapa yang tidak menemukan sifat-sifat ini pada dirinya seperti
yang mereka miliki, maka dia harus terus-menerus berlatih, agar dia bisa
mencapainya.
***
Diambil dari Buku Menggapai Kebahagiaan Hidup Dunia dan Akhirat (Terjemahan Minhajul Qashidin) karya Ibnu Qudamah al-Maqdisy dengan sedikit pengeditan dari redaksi.
Artikel Muslimah.Or.Id